Komunitas memang tidak menghasilkan uang, tapi memberikan peluang. Sebuah kalimat yang pernah di tweet oleh teman saya beberapa waktu lalu. Saya 100% setuju dengan kalimat itu. Sejak SMP dan SMA saya sudah rajin mengikuti komunitas di sekolah atau disebut ekskul. Di universitas juga saya gak mau cuma jadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang – kuliah pulang) saja. Jadi gak heran kalau saya ikut berbagai komunitas, di lingkungan kampus juga di luar kampus.
Sebenarnya banyak pengorbanan yang saya keluarkan demi komunitas yang saya ikuti. Mulai dari waktu, tenaga, hingga pikiran. Bukannya dapet uang, gak jarang saya justru malah mengeluarkan uang. Tapi entah kenapa, kalau sudah merasa memiliki, berapapun uangnya, sebesar apapun pengorbanannya, gak ada sedikit pun rasa rugi di hati. Justru rasa senang lah yang tercipta seperti perasaan ketika membantu keluarga.
Komunitas pertama yang saya ikuti adalah ekskul PMR (Palang Merah Remaja). Selama 6 tahun, ketika berada di bangku SMP dan SMA, saya setia bergabung dengan ekskul yang identik dengan menolong orang tersebut. Disana saya mendapatkan ilmu tentang Pertolongan Pertama, mendapat banyak teman sesama anak PMR, juga bisa membantu tim KSR (Korps Sukarela) di PMI Kota Bekasi ketika terjadi bencana.
Lalu ketika masuk kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi UGM, saya mengikuti BSO (Badan Semi Otonom) yang bernama Kine Club UGM dan PPC (Publicia Photo Club). Di dua komunitas itu masing-masing saya mendapat ilmu tentang film dan fotografi. Disamping itu, saya menjadi kenal dengan kakak-kakak dari berbagai angkatan.
Saya pun mengikuti komunitas di tingkat universitas atau yang dikenal dengan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) bernama SKM (Surat kabar Mahasiswa) UGM Bulaksumur . UKM ini bergerak di bidang jurnalistik, sehingga saya banyak belajar di bidang tulis menulis.
Tak hanya di lingkungan akademik saja, di luar saya pun bergabung dengan Komunitas Kompas MuDA Yogyakarta. Dari sini saya belajar membuat dan mengorganisasikan sebuah acara. Saya juga mendapatkan peluang untuk memasukkan tulisan ke koran asuhan Kompas Gramedia itu.
Menurut saya pribadi, mengikuti sebuah komunitas membawa banyak sekali manfaat. Salah satunya peluang. Seperti yang telah di tweet teman saya diatas, komunitas telah memberikan saya peluang untuk belajar tentang banyak hal. Selain ilmu sesuai dengan basis komunitas itu, saya juga belajar tentang kehidupan. Saya belajar tentang menghargai pendapat orang, menahan emosi, bekerja sama, dan tentu saja belajar menjadi dewasa.
Layaknya sebuah lagu ceria yang dapat menyemangati seseorang di kala gundah gulana, komunitas pun memberikan saya semangat ketika kegalauan akan akademik melanda. Komunitas adalah nafas bagi saya untuk menjalani kehidupan dengan tawa. Tapi seharusnya gak cuma mendapatkan sesuatu saja dari komunitas, lalu pergi entah kemana. Tiap anggota komunitas juga harus memberikan sesuatu untuk komunitas yang diikuti. Seperti kata senior saya di SKM UGM Bulaksumur, jangan tanyakan apa yang telah komunitas berikan buat kamu, tapi tanyakan apa yang sudah kamu berikan buat komunitas. Jadi jangan ragu mengeluarkan uang untuk sebuah peluang!
Bagus nih...
BalasHapusKomunitas emank dinamis cuy...
Numpang share blog ya: http://0sprey.wordpress.com/2011/05/29/keadilan-tuhan-dalam-cinta/
Keep blogging... :D
hahaha makasih :)
BalasHapus