Kamis, 31 Mei 2012

Ternyata Mereka Saling Mengenal

Dua orang di sebelah saya, Mas Baron dan Mbak Icha,
adalah orang yang ternyata kenal dengan orang saya kenal

Pernahkah kalian berkenalan dengan orang baru, tapi ternyata orang baru itu kenal dengan teman kita? Saya sering sekali menemui hal tersebut. Apalagi di tempat tinggal saya, Jogja, yang kotanya kecil, sehingga kemungkinan bertemu dengan orang yang saling kenal semakin besar. Tapi pengalaman ini saya alami ketika saya mengikuti Transmania Broadcasting Camp (TBC) 2012, akhir April lalu. Di acara itu, saya berkenalan dengan Novita Putri, seorang reporter Trans TV, yang ternyata adalah lulusan Psikologi UGM, tempat yang sama dengan tempat saya kuliah. Setelah perkenalan singkat itu, saya pun melihat twitter Mbak Novita dan saya baru ingat, kalau Mas Boma (Program Director Swaragama FM Jogja) pernah mengatakan ada mantan penyiar Swaragama FM Jogja yang menjadi reporter Trans TV.  Dan Mbak Novita itu pernah menjadi penyiar Swaragama FM Jogja. Sayangnya saya mengetahui hal ini setelah tidak bertemu lagi dengan Mbak Novita, padahal kan siapa tahu bisa lebih akrab kalau saya mengetahuinya pas berkenalan, hehe.

Lalu disana saya pun berkenalan dengan Priska Patianom, PR Trans TV yang baru saja masuk. Mbak Icha, begitu ia disapa, ternyata adalah penyiar Prambors Jakarta. Suaranya sering digunakan untuk mengisi radioplay Prambors, salah satunya Kompilasi Kisah Kamu (KKK), yang diputar Ramadhan tahun lalu. Dari tim PR lainnya, saya berkenalan dengan Bagus Baron atau Mas Baron. Setelah tahu saya tinggal di Jogja, dia menyebutkan beberapa nama yang ia kenal di Jogja. Ternyata, saya pun mengenal orang-orang yang disebutkan Mas Baron, hahaha. Setelah saya mengobrol, saya baru tahu kalau Mas Baron ini adalah mantan penyiar Kiss FM Medan. Dan memang orang-orang Jogja yang disebutkan Mas Baron adalah penyiar radio di Jogja, hehe.

Kalau dipikir-pikir, ketika saya berkenalan dan ternyata orang tersebut mengenal orang yang saya kenal (nah lho bahasanya bikin bingung), itu karena kita berada dalam lingkaran yang sama. Contohnya saja ketika saya berkenalan dengan Mbak Novita, Mbak Icha, dan Mas Baron. Mereka semua adalah mantan penyiar radio di kotanya masing-masing. Lingkaran tersebut hampir sama dengan saya, yang pernah training di Prambors Jogja dan Swaragama FM Jogja. Jadi ya walaupun sudah berada di Jakarta, ketiga orang tersebut kenal dengan orang yang saya kenal, hehe.

Sebenarnya masih panjang bahasan yang dapat diulas kalau saya membicarakan tentang orang baru yang ternyata kenal dengan orang lama. Apalagi dengan penduduk Indonesia yang semakin hari semakin bertambah. Bisa jadi, suatu saat nanti kita dapat menemukan semua orang yang saling berhubungan di dalam satu kota, propinsi, atau bahkan negara (lebay ya saya), hahaha.





*tulisan ketigapuluhsatu dalam #31HariMenulis tahun kedua
**akhirnya tiba di penghujung program tanpa denda sepeser pun \m/

Rabu, 30 Mei 2012

Sarapan di Pasar Kotagede


Jujur, saya lebih nyaman bermain dengan teman-teman SKM UGM Bulaksumur, dibandingkan dengan teman-teman saya di Komunikasi. Saya merasa lebih menjadi diri sendiri saja kalau bersama dengan mereka. Bisa dibilang bukan pengaruh angkatan yang sudah tua juga, tapi memang dari semester awal saya di Komunikasi, saya hanya dekat dengan segelintir orang saja disana. Dan jadilah sekarang, di semester yang sudah sebentar lagi harus lulus ini, saya makin sering melakukan hal-hal selo (baca: santai, kurang kerjaan) bersama teman-teman SKM UGM Bulaksumur. 

Setelah beberapa waktu lalu kami mendirikan pitbul (pit-pitan karo cah bul -> bersepeda bersama anak Bulaksumur). Kemudian dengan tanpa pikir panjang naik sepeda ke Candi Kalasan dan minggu berikutnya ke Imogiri, dua hari lalu kami berencana pitbul ke daerah selatan untuk mencari sarapan. Pasar Kotagede kami pilih sebagai destinasi sarapan. Tapi karena tempat yang cukup jauh dan kami memiliki kegiatan lain di siang hari, kami sepakat untuk naik motor bukan sepeda. Berangkatlah saya, Itok, Ferdi, Mas Aldi, dan Mbak Didi tadi pagi ke Pasar Kotagede. Sebenarnya makanan yang kami makan layaknya sarapan di daerah kampus, hanya sarapan soto saja. Yang beda adalah suasananya. Dengan latar belakang pasar dan diiringi musik dangdut koplo, sarapan kami pagi ini menjadi sedikit berbeda. Ide yang dicetuskan Ferdi ini sangat bagus menurut saya. Semoga di hari-hari selo selanjutnya, kami dapat sarapan, makan siang, atau makan malam di tempat dan suasana yang tidak seperti biasanya. Kalau bisa sih menggunakan sepeda, tapi kalau jauh naik motor juga tidak apa-apa, hehehe.

Foto di depan warung soto
Soto dan air putih pesanan saya
Jajanan pasar yang saya beli sebelum makan soto





*tulisan ketigapuluh dalam #31HariMenulis tahun kedua

Selasa, 29 Mei 2012

PJS


Di UKM yang saya ikuti, SKM UGM Bulaksumur, memiliki kebiasaan memilih Penanggung Jawab Sementara (PJS) menggantikan para Dewan Pimpinan (DP) yang akan KKN Juli-Agustus. PJS ini bertugas untuk membuat Bulaksumur Pos edisi Mahasiswa Baru. Selain itu, ada pula PJS yang mengurusi website bulaksumurugm.com. Tahun lalu saya diberi kesempatan untuk menjadi PJS bulaksumurugm.com bagian redaksional. Beberapa perubahan telah saya dan Natia, teman sesama PJS bulaksumurugm.com, lakukan. Antara lain membuat artikel di website ini terbit hampir tiap hari. 

Ada kepuasan tersendiri ketika kakak-kakak DP memuji langkah-langkah yang kami lakukan, karena sebelumnya artikel yang diterbitkan tidak setiap hari. Namun ada beban yang saya rasakan. Apalagi ketika pada Musyawarah Bulaksumur, awak redaksi mempercayakan saya menjadi Koordinator bulaksumurugm.com bagian redaksional bersama Risa. Semangat yang berkobar ketika menjadi PJS memang semakin menggebu. Tapi pada akhirnya, sangat disayangkan semangat saya mulai mengendur. 

Dan hari ini, diadakan lagi pemilihan PJS karena saya akan KKN Juli-Agustus mendatang. Sedih? Sudah pasti. Saya merasa belum melakukan apapun untuk kemajuan web bulaksumurugm.com, tiba-tiba sudah ada PJS saja. Tapi saya bersyukur. Saya berharap semoga Sandy dan Winny, PJS bulaksumurugm.com bagian redaksional, mempunyai semangat yang sama seperti saya dan Natia saat menjadi PJS. Dan semoga para DP pun memberikan apreasi tinggi terhadap perubahan-perubahan yang telah kalian lakukan di akhir jabatan PJS akhir Agustus nanti. Amin.





*tulisan keduapuluhsembilan dalam #31HariMenulis tahun kedua

Senin, 28 Mei 2012

Kagum



Di sekitar saya, banyak sekali orang-orang berbakat yang memiliki keahlian di atas orang lainnya. Dan saya selalu kagum dengan mereka. Saya kagum dengan orang yang bisa bermain alat musik, memiliki suara bagus, jago berolahraga, pandai berbicara, atau pintar menggambar. Dari sekian banyak orang berbakat di sekitar saya, ada satu orang yang saya kagumi. Menurut saya, dia memiliki bakat menggambar dan mendesain yang baik. Ya walaupun saya tahu, banyak orang yang kemampuannya diatas dia, tapi setidaknya dia punya bakat yang jauh lebih baik daripada saya, hahaha.

Dia adalah Bayu Ardiyanto, atau saya biasa memanggilnya Bayu. Mahasiswa Fisika Teknik UGM ini saya kenal di UKM yang saya ikuti yaitu SKM UGM Bulaksumur. Saya mengetahui Bayu pintar menggambar karena  dia masuk ke Divisi Produksi Subdivisi Ilustrasi. Pekerjaannya memberi ilustrasi untuk tulisan-tulisan Bulaksumur Pos. Selain itu diluar Bulaksumur, Bayu pun sering dimintai tolong membuatkan poster dalam beberapa event, desain kaos panitia, atau me-layout beberapa proposal.  Yang saya kagumi dari Bayu, dia bisa menggambar dengan cepat dan gambarnya bagus. Dia juga sering saya mintai tolong membuat gambar untuk tugas kuliah, atau membuat desain poster untuk acara kampus, atau me-layout CV saya. Dan semuanya memuaskan (walaupun saya banyak protesnya), hahaha.

Buat yang ingin tahu lebih dalam tentang gambar dan desainnya silahkan buka blog Bayu -> sketsa selo. Dan ini beberapa garapan Bayu buat saya, hehe.

Tugas Manajemen Media, cover majalah yang saya masukkan di proposal
Gambar di kartu ucapan ulang tahun saya
Gambar saya dan Bayu





*tulisan keduapuluhdelapan dalam #31HariMenulis tahun kedua
**tulisannya memang sangat subyektif, maklum dalam rangka 10 bulan saya sama Bayu, hehehe

Minggu, 27 Mei 2012

Marching Band Anak TK


Senang rasanya melihat anak-anak TK pintar bermain Marching Band (eh atau Drum Band?). Sebenarnya sih karena jaman saya TK dulu, tidak pernah ada kegiatan seperti ini di TK saya. Kadang saya juga menyesalkan, mengapa orang tua saya memasukkan saya ke TK itu. TK yang bahkan ikut lomba saja jarang, apalagi mengadakan ekstra kulikuler seperti Marching Band, haha. Walaupun saya tidak kenal dengan anak-anak TK itu, tapi saya bangga meski usia yang masih sekitar 5 tahun, mereka sudah bisa kompak memainkan alat musik. Saya juga salut kepada mayoret (atau field commander?) karena sudah dapat memimpin teman-temannya walaupun umurnya masih sangat muda.

Foto-foto yang ada dibawah ini, adalah foto dari adik-adik TK Aisyah Unggulsari, Kecamatan Lawen, Solo. Adik-adik ini baru saja tampil di acara Inspirational Green Action, acara Kompas Kampus dari teman-teman UNS, Minggu (27/5).







*tulisan keduapuluhtujuh dalam #31HariMenulis tahun kedua

Sabtu, 26 Mei 2012

Pepohonan


Saya selalu suka mengunjungi tempat yang penuh dengan pohon. Rasanya menyenangkan melihat warna hijau ada dimana-mana. Perasaan menjadi tenang dan hati pun menjadi damai. Ah makin memimpikan bisa tinggal di rumah idaman secepatnya. 





*tulisan keduapuluheman dalam #31HariMenulis tahun kedua
**semua foto diambil di UNS

Jumat, 25 Mei 2012

Bersenang-senang Agar Kemesraan Tidak Berlalu

Bersenang-senanglah
Karna hari ini yang kan kita rindukan
Di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan

Setelah Kula Nuwun Party 2009,
Lalu Greeting Camp 2010,
Dan hari ini Komkustik 2011...

Kemesraan ini janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini ingin ku ulang selalu
Hatiku damai jiwaku tentram di sampingmu
Hatiku damai jiwaku tentram bersamamu





*tulisan keduapuluhlima dalam #31HariMenulis tahun kedua
**foto diambil dari twitpict iwok

Kamis, 24 Mei 2012

Saya Rindu...



Saya rindu...
Ketika awal bertemu dan masih tampak malu-malu,
Ketika kita berkenalan lebih dari sekali karena belum saling mengenali,
Ketika Ospek membuat kita sedikit lebih menyatu,
Ketika Kula Nuwun Party kita menjadi mengerti gambaran tentang komunikasi.

Saya rindu...
Ketika masing-masing kita mulai sibuk dengan PPC, Kine, atau Deadline,
Ketika perbincangan tentang dosen sedang diminati,
Ketika kita sudah bingung dengan pemilihan konsentrasi,
Ketika berbicara dengan kakak angkatan di Kepel adalah sarana membangun relasi.

Saya rindu...
Ketika kita tidak lagi menjadi Maba,
Ketika kita kedatangan adik baru dan menyambutnya dengan Greeting Camp,
Ketika Strategis dan Media mulai memisahkan kita,
Ketika bahasan tentang Semester Tiga Masih Jomblo menjadi lebih menarik dibanding materi.

Saya rindu...
Ketika anak Media disibukkan dengan beragam kuliah Jurnalistik yang melelahkan,
Ketika kita lebih tertarik berkegiatan di UKM luar jurusan,
Ketika kuliah sudah mulai ditinggalkan,
Ketika mengobrol dengan anak Strategis terasa menyenangkan karena sudah jarang dilakukan.

Saya rindu...
Ketika sedikit tidak percaya kembali kedatangan adik baru lagi,
Ketika tugas praktek sudah mulai diberikan,
Ketika menjadi semangat mengerjakan tugas kelompok,
Ketika berkontribusi di Komako UGM dan memproduksi Kepel News.

Tentu saja akan bertambah lagi kerinduan-kerinduan yang ada,
Tentang kehidupan semester 6,
Tentang Kuliah Kerja Nyata,
Tentang Skripsi,
Tentang Pendadaran,
Tentang Wisuda,
Dan tentang hal-hal lain yang saya alami di Komunikasi.





*tulisan keduapuluhempat dalam #31HariMenulis tahun kedua

Rabu, 23 Mei 2012

Pahlawan Sederhana di Sekitar Kita


Foto Citra yang saya ambil di facebook
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran atau pejuang yang gagah berani. Namun jika diartikan dengan bahasa sehari-hari, menurut saya pahlawan adalah seseorang yang telah berjasa untuk hidup orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari mungkin kita beberapa kali menemukan sosok pahlawan baik secara sadar maupun tak sadar. Bahkan terkadang orang yang kita sebut pahlawan ini melakukan hal yang sederhana tapi sarat makna bagi kita.
Contoh pahlawan dengan perbuatan yang sederhana muncul pada film Forest Gump. Menurut saya sosok Jenny adalah pahlawan bagi Forest dalam cerita ini. Walau hanya berkata “Run, Forest, run!” hal tersebut berakibat Forest menjadi seorang pemain football yang sukses, juga menjadi seorang tentara di Perang Vietnam yang mendapat penghargaan dari Presiden Lyndon Baines Johnson.
Pahlawan seperti itu juga hadir di kehidupan saya. Ia bukanlah kedua orang tua, guru, atau sahabat terdekat. Saya menunjuk satu orang teman sebagai pahlawan di hidup saya. Ia seorang gadis berkerudung yang pendiam. Saya memang tak terlalu dekat dengannya, tapi ketika saya bercerita ia selalu menanggapi omongan saya dengan  tutur kata yang lemah lembut dan memberikan semangat. Ia adalah orang yang mengubah pemikiran saya untuk belajar di bidang komunikasi. Pahlawan sederhana saya bernama Citra Prabaningrum.
Suatu siang saat jam istirahat, saya dan beberapa teman sedang membahas tentang jurusan mana yang akan kami pilih saat kuliah. Maklum saja, perbicangan tentang kuliah adalah bahasan paling populer diantara kami yang berada di bangku kelas tiga SMA. Citra, dengan wajah polosnya berkata, “Kamu itu cocok Nis masuk komunikasi (Jurusan Ilmu Komunikasi, -Red).  Saat itu saya yang sedang bingung pun langsung menanggapi serius omongan Citra. Lalu saya mulai mencari segala informasi tentang Jurusan Ilmu Komunikasi. Sejak saat itu saya mulai mantap memilih Ilmu Komunikasi sebagai pilihan jurusan ketika kuliah. Hasilnya, saya pun diterima di Jurusan Ilmu Komunikasi UGM angkatan 2009. Dan sampai saat ini saya tidak pernah menyesal memilih jurusan ini, justru sangat menikmatinya.
Memang yang Citra lakukan adalah hal sederhana. Namun bagi saya, ia telah memberikan pencerahan di kala saya sedang membutuhkan petunjuk. Hal tersebut juga yang mungkin dialami Forest atas kata-kata Jenny yang selalu menjadi motivasi ketika melakukan berbagai kegiatan.
Kata pahlawan kini telah mengalami perluasan makna. Tak hanya sebatas seorang yang telah membela negara saja. Dengan perbuatan sederhana, setiap orang dapat menjadi pahlawan bagi orang lainnya. Sesederhana ketika Citra berkata kepada saya. Juga yang Jenny lakukan saat memberi semangat kepada Forest.





*tulisan keduapuluhtiga dalam #31HariMenulis tahun kedua 
**tulisan ini dulu saya buat dalam rangka proyek menulis tentang pahlawan  yang digagas Mas Aldi dan Mbak Rifki

Selasa, 22 Mei 2012

Rumah Idaman



We live on a mountain
Right at the top
There's a beautiful view
From the top of the mountain
Every morning I walk towards the edge
And throw little things off
Like car-parts, bottles and cutlery
Or whatever I find lying around
It's become a habit
A way to start the day

I go through all this
Before you wake me up
So I can feel happier
To be safe up here with you
It's real early morning
No one is awake
I'm back at my cliff
Still throwing things off
I listen to the sounds they make
On their way down
I follow with my eyes 'til they crash
Imagine what my body would sound like
Slamming against those rocks
When it lands
Will my eyes
Be closed or open?

Kombinasi lagu Hyperballad-nya Bjork yang kemudian dinyanyikan oleh Mocca, dan foto rumah dekat kost, membuat saya mengkhayal tentang rumah saya di masa depan. Di dalam benak saya, rumah idaman itu terletak di daerah pegunungan dengan halaman yang luas dan penuh dengan tanaman hijau. Rumahnya tak perlu besar dan tingkat. Cukup 3 kamar saja, untuk saya dan suami serta kedua anak. Dengan perabotan yang tidak banyak, saya ingin membuat anak-anak saya nantinya dapat bebas berlari dan bermain di dalam rumah.  Saya juga akan membuat langit-langit yang agak tinggi supaya sirkulasi udara dapat keluar masuk dengan baik, sehingga tidak akan ada pendingin ruangan yang tertempel di dinding. Rumah saya ini juga akan dilapisi dengan kayu, agar lebih berseni.

Rumah itu harus memiliki halaman yang lebih luas dari bangunan utama. Berhubung saya tidak terlalu menyukai bunga, saya akan menanam pohon buah seperti Mangga, Jambu, dan Rambutan sebagai gantinya. Saya pun akan menanam tanaman bumbu dapur seperti cabai, jeruk nipis, kunyit, jahe, dan serai. Tidak ketinggalan, saya akan membangun sebuah gazebo untuk berkumpul di sore hari. Saya pun akan menaruh mainan anak-anak seperti ayunan, perosotan, dan jungkat-jungkit, mengingat saat kecil saya sangat menyukai tiga permainan ini. Saat akhir pecan tiba, saya ingin mengajak suami dan anak untuk tidur di dalam tenda yang dibangun di halaman rumah. Ketika malam, kami menggelar tikar dan tidur terlentang menghadap bintang sambil membicarakan kegiatan yang telah dilakukan selama sepekan.

Ah sungguh, lagu Hyperballad ini membuat pikiran saya jauh melayang. Mengawang tentang rumah idaman di masa depan. Juga mendambakan kehidupan yang tentram. Tapi tidak mengapa, karena saya bebas bermimpi kan? Siapa tahu, Tuhan akan memeluk mimpi saya, dan suami masa depan saya akan membantu mewujudkannya :D





*tulisan keduapuluhdua dalam #31HariMenulis tahun kedua

Senin, 21 Mei 2012

Selamat Ulang Tahun Lewat Sehari, Bapak

Sayangnya saya gak punya foto berdua sama bapak, hehe

Back when I was a child
Before life removed all the innocence
My father would lift me high
And dance with my mother and me
And then
Spin me around 'till I fell asleep
Then up the stairs he would carry me
And I knew for sure
I was loved

If I could get another chance
Another walk
Another dance with him
I'd play a song that would never ever end
How I'd love love love
To dance with my father again

When I and my mother
Would disagree
To get my way I would run
From her to him
He'd make me laugh just to comfort me
yeah yeah
Then finally make me do
Just what my mama said
Later that night when I was asleep
He left a dollar under my sheet
Never dreamed that he
Would be gone from me

If I could steal one final glance
When final step
One final dance with him
I'd play a song that would never ever end
Cause I'd love love love to
Dance with my father again

Sometimes I'd listen outside her door
And I'd hear how mama would cry for him
I'd pray for her even more than me
I'd pray for her even more than me

I know I'm praying for much to much
But could you send her
The only man she loved
I know you don't do it usually
But Dear Lord
She's dying to dance with my father again

Every night I fall asleep
And this is all I ever dream



-->Lagu Dance With My Father dari Luther Vandross ini saya persembahkan untuk bapak saya yang kemarin berulang tahun ke-50. Walau saya tak terlalu dekat dengan beliau, saya merasa sedikit menyesal karena baru ingat hari ini. Padahal jelas-jelas ulang tahun bapak saya juga bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional. Ah ya sudahlah. Paling tidak saya masih ingat ulang tahun beliau meski telat sehari. Sekali lagi, selamat ulang tahun ke-50 bapak.






*tulisan keduapuluhsatu dalam #31HariMenulis tahun kedua

Minggu, 20 Mei 2012

Ulang Tahun ke-16, Sheila on 7 Gelar 3 on 3 Concert


Alunan musik Tunjuk Satu Bintang mengawali tiga jam konser ulang tahun Sheila on 7 yang ke-16 pada Jumat (18/5) lalu di Grand Pacific. Dengan tata panggung bernuansa merah, Sheila on 7 membuka konser dengan lagu Tentang Hidup. Konser dimulai pukul 19.30 sesuai jadwal. Riuhan tepuk tangan dari 4.000 penonton menambah semarak konser yang bertemakan 3 on 3 Concert tersebut. Selama tiga jam, band yang berdiri 6 Mei 1966 ini membagi konser menjadi tiga sesi.

Pada sesi pertama, band yang digawangi Duta (vokal), Eross (gitar), Adam (bass), Brian (drum), menyanyikan tembang-tembang dengan tempo yang menghentak seperti Bertahan Di sana, Kita, dan Pemuja Rahasia. Di tengah sesi, Duta mengucapkan terima kasih kepada Jan Djuhana, produser Sony-BMG, yang turut hadir pada konser tersebut. “Terima kasih kepada Pak Jan Djuhana, yang telah menemukan kami. Konser ini kami persembahkan untuk Bapak,” ungkap Duta. Sheila on 7 pun melakukan beberapa  improvisasi seperti membawakan lagu Rap berbahasa jawa dari Jahanam, menambahkan lagu My Heart Will Go On ditengah lagu Itu Aku, dan menyanyikan lagu Mencari Alamat-nya Ayu Ting Ting dengan lirik bahasa Jawa.

Sebelum sesi kedua dimulai, panitia menampilkan video berisi testimoni dari beberapa artis salah satunya Siti Nurhaliza. Kemudian penonton disuguhkan aksi Sheila on 7 yang bermain secara akustik. Di sesi kedua ini, mereka tampil di panggung yang lebih dekat dengan bangku penonton VIP. Lagu –lagu yang dinyanyikan pada sesi ini diiringi oleh orkestra, seperti Just For My Mom, Saat Aku Lanjut Usia, dan Sephia. Sesi kedua ditutup dengan vokal apik Duta menyanyikan lagu Dan, serta permainan satu gitar oleh Eross, Adam, dan Brian.

Sheila on 7 pun kembali beralih ke panggung utama untuk menyelesaikan sesi terakhir dari konser tunggal terbesar mereka selama 16 tahun ini. Meski lelah, penonton pun masih tetap bergoyang bersama. Terlebih ketika Duta kembali menyapa penonton dan mengatakan bahwa Sheila on 7 tak akan bisa sukses tanpa kehadiran para Sheila Gank, sebutan untuk fans mereka. Di sesi tiga para keluarga serta kru Sheila on 7 pun diajak naik panggung. Mereka bersama-sama meniup lilin pada kue ulang tahun ke-16. Setelah itu, dengan penuh semangat, Sheila on 7 menyanyikan lagu Melompat Lebih Tinggi diiringi confetti dan balon yang memenuhi ruangan. Lagu Kisah Klasik Untuk Masa Depan pun dipilih sebagai lagu penutup.

Penonton pun merasa puas menyaksikan tiga jam konser Sheila on 7, dengan tiket festival pre-sale Rp 40.000,00, festival reguler Rp 60.000,00 serta VIP Rp 160.000,00. Maka tak heran, Sheila Gank dari berbagai daerah pun turut meramaikan konser tersebut. “Bagus banget. Nggak menyesal dibela-belain antri tiket lama dan kehujanan pas mau masuk,” ungkap Nurul (Psikologi ’11). Hal senada juga diungkapkan Inot (Teknik Arsitektur ’09), “Keren. Aku suka sama konsep mereka main tiga jam tanpa ada band lain.”



sebelum konser
saat konser
setelah konser






*tulisan keduapuluh dalam #31HariMenulis tahun kedua
**tulisan ini dapat dilihat di bulaksumurugm.com

Sabtu, 19 Mei 2012

Beda Zaman, Beda Pemahaman

Foto bareng anak-anak panti


Februari lalu, saya dan beberapa teman panitia Career Days IX, mengunjungi sebuah panti asuhan (yang saya lupa namanya, hehe) di daerah Magelang. Disana kami saling berbagi keceriaan. Tak hanya kami yang memberi, kami juga diberi tawa dan canda dari tingkah polah mereka. Anak-anak itu sangat suka berbicara dan bernyanyi. Hingga akhirnya beberapa dari mereka kami minta untuk maju dan menyanyikan sebuah lagu. Dan terjadilah kejadian seperti percakapan dibawah ini:

“Kamu mau nyanyi apa?”
“Nyanyi Satu-satu, Mbak, Mas.
(nyanyi)
Satu-satu, daun-daun berguguran tinggalkan tangkainya…
Satu-satu, burung kecil, beterbangan tinggalkan sarangnya…
Jauh-jauh tinggi, ke langit yang biru…
Andaikan aku punya sayap, ku kan terbang jauh mengelilingi angkasa…
Kan ku ajak ayah bundaku terbang bersamaku, melihat indahnya dunia…”

Ketika anak-anak itu menyebut lagu Satu-satu, yang terlintas di pikiran kami adalah lagu Satu-satu Aku Sayang Ibu, ternyata yang dimaksud adalah lagu dari Ita-Tara yang berjudul Andai Aku Punya Sayap, hahaha. Ternyata mereka diajarkan lagu tersebut oleh teman-teman LSM (yang saya lupa juga namanya), tapi mungkin karena mereka tidak tahu judulnya, akhirnya menyebut lagu Andai Aku Punya Sayap jadi lagu Satu-satu, hehe. Ya beda zaman, memang beda pemahaman. Di zaman saya dulu, lagu Satu-satu Aku Sayang ibu sangat populer. Tapi di zaman anak-anak itu, lagu Andai Aku Punya Sayap lah yang lebih terkenal.






*tulisan kesembilanbelas dalam #31HariMenulis tahun kedua