Jujur, saya lebih nyaman bermain dengan teman-teman SKM UGM Bulaksumur, dibandingkan dengan teman-teman saya di Komunikasi. Saya merasa lebih menjadi diri sendiri saja kalau bersama dengan mereka. Bisa dibilang bukan pengaruh angkatan yang sudah tua juga, tapi memang dari semester awal saya di Komunikasi, saya hanya dekat dengan segelintir orang saja disana. Dan jadilah sekarang, di semester yang sudah sebentar lagi harus lulus ini, saya makin sering melakukan hal-hal selo (baca: santai, kurang kerjaan) bersama teman-teman SKM UGM Bulaksumur.
Setelah beberapa waktu lalu kami mendirikan pitbul (pit-pitan karo cah bul -> bersepeda bersama anak Bulaksumur). Kemudian dengan tanpa pikir panjang naik sepeda ke Candi Kalasan dan minggu berikutnya ke Imogiri, dua hari lalu kami berencana pitbul ke daerah selatan untuk mencari sarapan. Pasar Kotagede kami pilih sebagai destinasi sarapan. Tapi karena tempat yang cukup jauh dan kami memiliki kegiatan lain di siang hari, kami sepakat untuk naik motor bukan sepeda. Berangkatlah saya, Itok, Ferdi, Mas Aldi, dan Mbak Didi tadi pagi ke Pasar Kotagede. Sebenarnya makanan yang kami makan layaknya sarapan di daerah kampus, hanya sarapan soto saja. Yang beda adalah suasananya. Dengan latar belakang pasar dan diiringi musik dangdut koplo, sarapan kami pagi ini menjadi sedikit berbeda. Ide yang dicetuskan Ferdi ini sangat bagus menurut saya. Semoga di hari-hari selo selanjutnya, kami dapat sarapan, makan siang, atau makan malam di tempat dan suasana yang tidak seperti biasanya. Kalau bisa sih menggunakan sepeda, tapi kalau jauh naik motor juga tidak apa-apa, hehehe.
Foto di depan warung soto |
Soto dan air putih pesanan saya |
Jajanan pasar yang saya beli sebelum makan soto |
*tulisan ketigapuluh dalam #31HariMenulis tahun kedua
bener kata ajeng, fotonya itok yang di warung soto pose nya ampun dah. haha
BalasHapus