“Nis, grow up dooong!”
Sebuah perkataan dari seorang teman yang membuat saya berpikir. Saya mengerti, maksud dari kata-kata dia bukan grow up yang berarti tumbuh dari anak 1 tahun yang ga bisa jalan ke anak 5 tahun yang udah kejar-kejaran main petak umpet. Grow up disini berarti saya harus tumbuh menjadi seorang yang dewasa.
Selama ini saya selalu merasa sudah dewasa. Alasannya karena pertama saya ini anak pertama, yang mandiri dan ga manja. Alasan kedua mungkin karena teman-teman sepermainan saya ya orang-orang yang umurnya sama (atau cuma beda setahun-dua tahun) dengan saya. Dan saya juga menjalani hidup ini dengan biasa aja, ga ada yang protes ini itu tentang kedewasaan.
Lalu sampailah saya pada satu titik, dimana saya harus bekerja dan bergaul dan berinteraksi dan lain-lain dengan orang yang jauh lebih tua dari saya. Semua orang itu serempak mengatakan kalau saya ini anak kecil, kimcil, bocah, atau kata-kata dengan makna sejenis. Awalnya saya hanya masa bodoh dan menganggap itu biasa aja. Tapi semakin lama kedewasaan itu menjadi sebuah tuntutan yang memang harus saya miliki.
Bingung. Itu kata pertama yang mewakili perasaan saya ketika seorang teman lainnya menyuruh saya untuk segera berubah menjadi dewasa. Apa yang harus saya lakukan? Dan kenapa kalian semua bilang saya belum dewasa? Berbagai kebingungan dan pertanyaan seakan menyeruak di pikiran saya. Saya pun bertanya kepada mereka, apa alasan mereka bilang saya ini anak kecil? Beberapa dari mereka bilang, saya terlihat seperti anak kecil karena:
1. Gaya berpakaian saya yang cuma kaos, jeans, sandal jepit. Itu juga ditambah kaos saya bergambar kartun dan warna-warna yang ngejreng. (saya akui memang style pakaian saya kaya gitu, tapi menurut saya itu fine-fine aja. Toh banyak juga gitu orang sepantaran saya yang masih pake kaos kartun warna-warni)
2. Cara saya berbicara dan mengomentari suatu hal. (teman-teman saya bilang saya ini terlalu polos dan blak-blakan ketika berkomentar, saking polosnya kadang saya ga tau kalo saya ini salah. Padahal kan menurut saya itu berarti saya ini orang jujur dong? Hehe :p)
3. Cara saya ketika mengahadapi masalah. (ya jujur sih, saya memang sering banget mengeluh tentang masalah saya, tapi maksud saya mengeluh itu untuk bercerita ke orang lain dan minta solusi dari masalah saya itu)
4. Saya terlalu banyak bicara. (menurut saya itu adalah suatu kelebihan, karena terkadang saya bisa mencairkan suasana dengan omongan-omongan saya)
5. Saya tidak bisa menempatkan diri secara baik di sebuah suasana. (maksudnya gini, kadang saya ini ga bisa bersikap sesuai dengan suasana. Ketika orang sedih, kadang saya ga terlalu berempati dengan mereka)
6. Saya sering memandang suatu hal dari satu sisi saja. (saya itu tipe orang yang gampang terpengaruh. Jadi kalo ada orang bicara apa kadang langsung saya masukkan otak hehe)
Seorang teman lain pernah bilang, “Daripada lo sibuk ngeluh sana-sini, mending lo berusaha cari solusi dari masalah lo.” Yak bener banget. Setelah kebingungan ga jelas. Saya pun mulai berusaha mencari solusi dengan bertanya dan berkonsultasi ke teman-teman saya yang saya rasa jauh lebih dewasa. Seperti ini lah jawaban mereka tentang tips arti dari kedewasaan:
1. Dewasa adalah ketika kamu bisa membedakan yang baik dan benar.
2. Dewasa adalah ketika kamu bisa melihat suatu hal/masalah dari berbagai sisi.
3. Dewasa adalah ketika kamu bisa menempatkan diri kamu di suasana tertentu.
4. Dewasa adalah ketika kamu bisa berempati dengan masalah orang lain.
5. Dewasa adalah ketika kamu bisa berbicara sesuai dengan tempatnya.
6. Dewasa adalah ketika kamu sudah matang pikiran maupun sikap.
Dan saya juga dikasih tau tips-tips menjadi dewasa dari teman-teman saya:
1. Rajin berdiskusi, jangan cuma ngobrol ngalor-ngidul doang.
2. Ikutan nimbrung atau bergaul sama orang yang jauh lebih tua, biar bisa tau gimana cara mereka bersikap juga berpikir.
3. Lebih banyak baca, kalo bisa majalah wanita dewasa yang ngebahas tentang permasalahan mereka.
4. Kendalikan emosi dan harus pintar menempatkan diri.
5. Jangan gampang cerita tentang masalah pribadi ke banyak orang.
6. Open minded.
7. Coba ubah gaya pakaian dan gaya bicara biar ga terlalu kaya anak kecil.
Mungkin beberapa solusi sudah berusaha saya laksanain. Beberapa hari ini saya sudah mencoba merubah gaya pakaian saya untuk pake baju yang lebih ‘cewek’. Untuk berbicara, saya memang masih cablak, dan ceplas-ceplos, tapi saya berusaha untuk ga ngomong sebanyak dulu. Seneng juga sih karena ada beberapa teman yang merasakan itu. Contohnya ada yang bilang, “Wah nisa sekarang lo lebih modis deh,” atau “Ciye nisa sekarang jadi dandan,” juga ada yang bilang “Nis, kamu sekarang jadi lebih diem ya?”
Yaa setiap perubahan memang butuh proses, begitu juga kedewasaan. Jujur saja, sampai detik ini saya masih meraba apa makna dari kedewasaan itu sendiri. Juga menerka apakah yang saya lakukan ini benar proses menuju kedewasaan atau salah jalan. Tapi saya pastikan sekarang saya tidak lagi menjadi anak kecil yang menyanyikan lagu Sherina berjudul Andai Aku Telah Dewasa. Sekarang saya sedang berusaha untuk menjadi wanita dewasa seperti yang dikatakan mereka. Bukan bermaksud untuk menuruti keinginan orang lain yang menuntut saya menjadi dewasa. Ini datang dari lubuk hati saya, bahwa di umur yang ke-19 ini saya pengen jadi lebih dewasa dari umur saya.
Seorang wanita (yang ingin) dewasa,
Annisa Ika Tiwi
*artikel ini saya persembahkan untuk teman-teman seperjuangan saya di radio lantai 3. karena mereka lah yang menyadarkan dan membuat saya tergerak untuk segera berubah menjadi dewasa.
wah bentukan fisikmu ki anak muda banget, kamu akan tampak selalu muda nis. tenang wae, takdir kowe di undang kimcil nganti umur 25 tahun...
BalasHapushuahahahaha ga mau -______-
BalasHapus