Jumat, 14 Juni 2013

Apakah Kamu Sudah Punya Career Plan?

"Mau ngapain kamu setelah lulus?"

Pertanyaan ini mungkin jadi momok bagi mahasiswa tingkat akhir yang baru atau sudah lulus. Kebanyakan dari kita memang belom punya career plan, tentang apa yang akan dilakukan usai kelulusan. Jeleknya (nggak tau sih jelek apa nggak :p) kebanyakan mahasiswa di Indonesia baru mulai mikirin mau ngapain setelah lulus, ya pas mau lulus aja. Padahal seharusnya career plan ini udah ditentuin at least dari SMA. Jadi resiko salah jurusan itu bakal lebih bisa diminimalisir lagi. Karena kita pilih jurusan yang sesuai dengan minat bakat dan tujuan karir setelah lulus.

Menurut para psikolog di ECC UGM, career plan adalah tentang apa yang akan kamu lakukan setelah lulus. Mbak Widi (psikolog) bilang, apapun pilihan kita, mau jadi pegawai atau wirausaha itu sama-sama baik kok, dan ada plus minus-nya. Jadi nggak usah takut jadi pegawai, walopun udah banyak seminar-seminar yang bikin kita untuk beralih jadi wirausaha. Menurut Mbak Widi lagi, memang yang ideal itu, baik jadi pegawai atau wirausaha, kalo kita menjalaninya sesuai dengan bidang kuliah kita.

Ada lagi pendapat dari Bang Yandi (psikolog). Ketika kita udah punya career plan kita bisa berkarir (umumnya lebih mudah) sesuai dengan sweet spot kita. Sweet spot itu adalah suatu keadaan gabungan dimana minat (I like doing it), potensi (I am good at it) dan pekerjaan (people will pay me for it) ketemu. Sayangnya, kebanyakan pegawai saat ini baru bisa gabungin 2 dari 3 elemen itu, punya potensi  dan dibayar tapi nggak ada minat disitu.

Hal-hal kaya contoh di atas lah yang bikin kita perlu untuk punya career plan. Walopun banyak yang bilang usia mahasiswa tingkat akhir terlambat, seenggaknya bikinlah career plan mulai dari sekarang.

Tadi itu adalah teori-teori yang diungkapkan oleh para psikolog. Tapi seperti ungkapan manusia hanya bisa berencana, Tuhan yang menentukan. Buat kita nih mahasiswa yang baru lulus atau fresh graduate jangan terlalu idealis sama career plan. Kita harus realistis. Maksudnya gini, ketika kita dari awal kuliah sudah bercita-cita jadi PR sebuah perusahaan multinasional, tapi saat melamar hampir setahun kita nggak pernah dapet, kita harus punya target waktu dan harus berani menurunkan standar kalo target waktu itu nggak terpenuhi. Terimalah pekerjaan yang ada di depan mata, yang ditawarkan untuk kita. Karena saat menjadi fresh graduate kita belom punya bargaining position

Kalo kata Pak Ibnu Suyana, seorang career coach beberapa perusahaan perbankan, terima aja dulu apapun pekerjaan itu, tapi harus do the best. Dengan gitu, kesempatan meraih pekerjaan yang sesuai career plan akan lebih mudah, karena kita sudah achieve.

Nah, kalo saya sendiri gimana nih? Sudah punya career plan belom? Jujur kalo career plan mah banyak banget. Untungnya sesuai dengan jalur kuliah saya di Komunikasi yang ambil peminatan Jurnalistik. Sampe sekarang sih saya masih pengen jadi salah satu reporternya majalah remaja (atau lifestyle) di Gramedia Group kaya Kawanku atau Hai atau Sekar atau apa aja yang penting Gramedia Group. Sambil juga pengen jadi entah PR atau Media Relation atau Marketing Communication di perusahaan migas multinasional kaya Chevron atau Halliburton atau Schlumberger, hahaha. Tapi ya sejauh ini saya punya target waktu dan bersedia menurunkan standar dan menerima pekerjaan yang ditawarkan ke saya, kalo rencana saya nggak tercapai.


Bersyukurlah kamu yang udah punya career plan. Buat kamu yang belom punya, yuk segera dibuat sekarang. Biar meminimalisir ungkapan: "Nggak ada hal yang sia-sia, termasuk ketika salah jurusan. Karena esensi kuliah kan hanya membentuk pola pikir aja." hehehe :))








*tulisan ketigapuluhsatu dalam #31HariMenulis tahun ketiga

**di tahun ketiga ini emang saya banyak nulis tentang karir, karena saya freelance di ECC UGM. Ya emang sih, siapalah saya ngomongin karir. Skripsi aja belom digarap, lulus aja belom terwujud, udah sok-sokan nulis gini, hahaha. Tapi nggak apa-apa lah, niat saya cuma learn and share. Apa yang selama ini saya pelajari, saya coba bagi. Semoga tulisan-tulisan saya di #31HariMenulis tahun ketiga ini lebih berguna dari #31HariMenulis dua tahun sebelumnya. Dan sampai jumpa di #31HariMenulis tahun berikutnya!


Kamis, 13 Juni 2013

I Love You, Kompas MuDA Jogja!

"Nggak ada hal yang sia-sia di dunia ini, apalagi kalo kamu melakukannya dengan senang hati."

Saya selalu percaya kata-kata di atas. Untuk hal apapun. Salah satunya ketika saya bergabung di Kompas MuDA Jogja sejak 2011. Ya kegiatan saya selama 2 tahun ini di Jogja, nggak jauh-jauh dari acara Kompas. Dari mulai bikin event Kompas MuDA, Kompas Kampus, fun bike, workshop fotografi, seminar green living, business strategy workshop, lomba mewarnai, dan lain-lain. Dan selama saya gabung di komunitas ini, secapek apapun kegiatannya, selalu ada temen-temen yang bisa berbagi tawa dan canda. Kerja sama mereka itu ibarat main-main, karena semua dilaksanain dengan hati gembira.


Kompas MuDA 4th Anniversary, FBS UNY, 2011


Kompas Kampus Xpress 2 eXist, UC UGM, 2011


Acara Puncak Kompas MuDA 5th Anniversary, Jakarta, 2012


Kompas MuDA 6th Anniversary, Kantor Kompas Jogja, 2013


Kompas Kampus #GLnYC, UNS, 2013

Bonusnya, dari aktif di Kompas MuDA Jogja, beberapa tulisan saya bisa dimuat di rubrik Kompas MuDA dan Kompas Kampus, yang it means tulisan saya bisa dibaca sama orang-orang seluruh Indonesia :D Saya juga bisa dapet kesempatan buat jadi freelance copywriter di Kompas Klasika Jogja-Jateng. Dan masih banyak bonus-bonus lainnya, hehehe. 

Saran saya, kalo akhir taun ini atau taun depan, Kompas MuDA buka volunteer lagi, mending ikut deh. Rajin-rajin aja pantengin akun @kompasmuda atau @kompaskampus untuk tau info selanjutnya :)



I Love You, Kompas MuDA Jogja!







*tulisan ketigapuluh dalam #31HariMenulis tahun ketiga

Rabu, 12 Juni 2013

Pilihlah Teman dengan Value yang Sama

Banyak yang beranggapan bahwa carilah teman sebanyak-banyaknya biar dapet banyak networking. Tapi, kamu termasuk orang yang bisa me-maintenance pertemanan atau nggak? Kalo saya sih jujur nggak bisa. Saya tipe orang yang cenderung 'melupakan' teman lama kalo udah dapet teman baru. Well, nggak sepenuhnya melupakan sih, tapi intensitas berhubungannya aja yang jadi lebih berkurang. Apa kamu termasuk yang kaya saya? Ada baiknya, ada jeleknya juga. Tapi kalo saya sih ambil positifnya aja.

Dulu, saya pernah ikutan suatu forum yang menghadirkan Mbak Bunga Mega. Di forum itu, Mbak Mega bilang: "Bertemanlah dengan orang-orang yang punya value yang sama dengan kita. Kalo udah nggak ada value lagi, lebih baik mundur, bukan nggak berhubungan lagi tapi mengurangi intensitas untuk bertemu." Saya setuju dengan hal ini. Diumur yang udah nggak kecil lagi, kita perlu pilih-pilih teman. Dalam artian teman yang selalu berhubungan setiap saat ya, bukan semua teman yang kita kenal. Pilihlah teman yang punya value sama, yang bisa mendukung cita-cita, dan yang selalu mengingatkan kesalahan kita.

Toh dalam hubungan pertemanan selama ini, sadar nggak sadar kita udah melakukan hal tersebut. Dari jaman kecil, kita nggak mungkin dekat dengan semua teman kita kan? Pada akhirnya, kita hanya dekat dengan beberapa orang saja. Orang-orang yang punya kesamaan value, misal sama-sama suka nyontek, sama-sama suka ngegosip, sama-sama suka jalan-jalan (ini mah sifat saya semua ya haha), dan lain lainnya. Tapi kita tetep aja, kita berteman dengan yang lainnya, yang nggak terlalu dekat.

Tapi menurut Mbak Mega, jangan sekali-sekali kita mau berteman atau berhubungan dengan orang hanya karena kita butuh dia untuk networking. It's a big no no! Yang namanya networking itu dibangun, nggak cuma singkat aja. Dan juga, jangan sekali-sekali kamu memanfaatkan temanmu atau nggak bisa melakukan suatu hal tanpa temanmu. Karena relationship is not complete each other, but compliment each other.

Jenis hubungan pertemanan ini ternyata dibagi 3 loh. Casual, close, dan intimate. Close itu kalo kita baru kenal dan lalu menjadi teman. Close itu kalo kita udah kenal agak lama dan sedikit tau tentang kehidupannya. Sedangkan intimate itu kalo kita udah dekat dan kita udah nggak ragu curhat ke orang ini. Nah masalah pilih teman yang punya value sama diatas itu, kalo udah sampe ke tahap hubungan intimate. Kenapa kita harus pilih teman yang punya value? Alasannya sederhana, biar kita nggak buang-buang waktu untuk melakukan hal nggak penting yang nggak ada value-nya. Misal jangan berteman secara intimate dengan orang yang suka belanja kalo kita nggak punya uang cukup banyak. Kalo punya teman yang satu value, selain nggak buang-buang waktu, kita pun akan senang menjalankan hubungan pertemanannya.

Tapi balik lagi sih ke diri masing-masing. Kalo saya sih memilih untuk pilih-pilih teman agar networking saya sesuai dengan value yang saya punya, yang kadang membuat saya terkesan melupakan teman lama. Kalo kamu gimana?







*tulisan keduapuluhsemibilan dalam #31HariMenulis tahun ketiga

Selasa, 11 Juni 2013

Mari Bersyukur

Pernah denger kata-kata jika kamu bersyukur kamu akan mendapat lebih? Saya sangat percaya hal ini. Bersyukur akan segala hal yang kamu punya. Bersyukur kamu masih bisa kuliah walopun tugasnya banyak. Bersyukur kamu punya kerjaan walopun kerjaannya sampe ngelembur-lembur. Bersyukur dikasih uang pas-pasan walopun kebutuhan kamu segudang.

Menurut Pak Ibnu, career coach yang aku temuin di acara beasiswa di Surabaya kemarin, salah satu kunci sukses itu adalah syukur. Selalu berterimakasih atas segala hal yang sudah kamu punya dan kamu bisa. Orang aja seneng kan kalo kita ngucapin terima kasih saat diberi sesuatu, apalagi Tuhan. Dan selalu inget, Tuhan bukan memberi apa yang kamu minta tapi apa yang kamu butuhkan.

Dan seminggu ini saya sangat sangat sangat bersyukur karena diberi kesempatan untuk kerja di 3 kota sekaligus: Surabaya dan Jakarta untuk wawancara pembuatan buku profil alumni beasiswa VDMS (yayasan beasiswa yang saya terima),  dan Solo untuk membantu acara Kompas Kampus di UNS. Bersyukur karena saya dapet banyak pengalaman, kenalan dengan orang-orang hebat, dan bonusnya adalah gaji yang cukup banyak. Walopun buruknya saya sudah meninggalkan skripsi selama berminggu-minggu untuk persiapan 2 acara ini. Tapi toh hidup itu selalu perkara memilih, jika sudah yakin pilihan itu benar ya jalani. Dan pasti selalu ada makna di tiap peristiwa.

Jadi, sudahkah kamu bersyukur hari ini? Kalo saya sih sudah :D







*tulisan keduapuluhdelapan dalam #31HariMenulis tahun ketiga

Senin, 10 Juni 2013

Selamat Tambah Usia, Risa!


Risaaaaaaaa........
Selamat tambah usia,
semoga cepat sarjana
dan cepat dapat pendamping wisuda.
Selalu jadi teman dalam berbagi tawa yaa :)







*tulisan keduapuluhtujuh dalam #31HariMenulis tahun ketiga

Minggu, 09 Juni 2013

Kado Sebulan Pacaran Adek Saya dari Pacarnya

Ceritanya, Rijal, adek saya yang cowok kelas 2 SMA, belom lama ini sebulan jadian sama pacarnya. Terus pacarnya ini ngasih kado yang so sweet tapi selo gitu. Kadonya toples yang udah di kasih tulisan warna warni dan di dalemnya ada origami dibentuk burung, yang udah dikasih tulisan harapan tentang hubungan mereka. So sweet sih, tapi selo banget buat pacaran yang baru satu bulan. Saya aja yang udah hampir dua taun nggak pernah bikin-bikin gitu buat pacar, hahaha. Tapi yang paling nyesek, beberapa hari setelah pacarnya ngasih itu, eh diputusin sama adek saya. Duh kasian ya ceweknya itu, adek saya juga parah banget. Pacaran anak SMA emang kaya gitu kali ya? Untung saya udah nggak SMA lagi :))

Nih foto kadonya:










*tulisan keduapuluhenam dalam #31HariMenulis tahun ketiga

Sabtu, 08 Juni 2013

Mari Meniru Agar Lebih Maju

Meniru itu tidak selalu plagiarisme. Kadang kita perlu meniru untuk sesuatu yang lebih maju. Pernah baca buku "Sila ke 6: Kreatif Sampai Mati"-nya Wahyu Aditya? Bahkan seorang desainer yang berhasil membuat KDRI dan Hellofest ini pun belajar dari meniru.

Salah satu cara untuk sukses memang kita harus meniru seseorang di bidang yang sama, yang telah lebih berpengalaman dari kita. Ya istilah kerennya role model lah ya. Dari meniru itu, kita bisa belajar banyak hal dari role model. Kita jadi punya patokan, bahwa sesuatu yang baik jika kita bisa menyamakan role model. Nanti seiring pengalaman yang semakin banyak, kita pun akhirnya bisa menemukan model kita sendiri tanpa lagi meniru sang role model.

Contohnya dulu waktu saya ikutan training penyiar radio, saya disuruh ngikutin gayanya Panda (ex penyiar Prambors) karena suara saya setipe sama dia. Atau ketika saya bergabung di pers mahasiswa, saya disuruh meniru contoh tulisan dari kakak senior disana. Semuanya adalah bentuk proses belajar. Karena toh pada akhirnya saya pun memiliki model saya sendiri. Role model hanyalah penuntun untuk kita dalam mencari model sendiri. Pun begitu ketika kita melakukan skripsi. Pasti kita melihat contoh-contoh skripsi dari kakak angkatan di perpustakaan.

Tapi satu hal, kita hanya boleh meniru gaya atau modelnya aja. Karena kalo kita meniru seutuhnya itu baru namanya plagiarisme, haha. Jadi yuk mari kita meniru agar lebih maju! :)






*tulisan keduapuluhlima dalam #31HariMenulis tahun ketiga

Jumat, 07 Juni 2013

Yuk Belajar Buat Nggak Iri :)

Pernahkah kamu merasa iri? Kalo saya sih pernah banget. Iri karena nilai temen lebih tinggi padahal ngerjain tugasnya bareng, iri karena uang jajan adek lebih gede dari uang jajan sendiri, iri karena tetangga sebelah bisa liburan ke luar negeri sekeluarga, dan iri-iri lainnya. 

Dari jaman pelajaran agama di SD dulu, yang namanya iri memang penyakit hati paling merusak pikiran. Tapi masih banyak orang yang punya penyakit ini di dalem hatinya. Alesannya pasti: ya gimana ya yang namanya manusia nggak ada pernah puasnya. 


Nah padahal menurut Mbah Sudjiwo Tejo, yang saya temuin di Bentang Street Festival, iri itu ada karena kita nggak percaya diri. Kalo kita percaya terhadap kemampuan diri sendiri, nggak akan ada yang namanya kurang puas. Nggak akan ada yang namanya nggak suka sama kelebihan yang dimiliki orang lain.


Lalu ada lagi tips dari Pak Ibnu, career trainer yang saya temuin di acara beasiswa saya, bahwa dalam hal apapun kita harus selalu do the best not do my best. Maksudnya adalah, lakukan suatu hal yang terbaik menurut sistem, bukan hal yang terbaik menurut diri kita. Kalo terbaik menurut diri kita, pasti kita akan melihat yang terbaik dari orang lain, dan akhirnya timbul rasa iri. Tapi kalo kita melakukan yang terbaik menurut sistem, orang pun akan menganggap kita yang terbaik juga.


Tapi baik Mbah Sudjiwo maupun Pak Ibnu bilang, kalo kita mau menghilangkan sifat iri adalah banyak-banyak bersyukur dan menerima apa yang sudah kita punya dan kita bisa. Karena tiap orang punya jalan hidup dan keahlian yang berbeda-beda kan?


Semoga kita semua bisa mulai mengurangi iri dan selalu menabur syukur. Seperti penggalan lirik dari film Joshua Oh Joshua yang menurut saya sangat bermakna ini:


Jika teman bahagia hatinya, jika teman bersuka hatinyaIkutlah bersuka cita turutlah merasakan bahagia dengannya  
Jika temanmu bergembira, jika temanmu senang hatinyaRasakan getaran sukanya turutlah menjadi bagian darinya 
Jangan hey jangan jangan sedih melihat teman bahagiaJangan hey jangan jangan bahagia melihat teman bersedih  
Sirik itu namanyaSirik tak baik adanyaSirik tanda tak mampuSirik buang jauh jauh  
Jika temanmu sedang berduka jika temanmu sedih hatinyaHiburlah hatinya buatlah agar dia selalu merasa gembira







*tulisan keduapuluhempat dalam #31HariMenulis tahun ketiga 

Kamis, 06 Juni 2013

Saya Sudah Pindah Rumah

"Home is a place where you feel more comfortable. Home is a place where you can be and find yourself." ~ Windy Ariestanty dalam Live Traveler

Bagi kamu yang sedang merantau di 'tanah' orang, mana yang lebih kamu sebut rumah; tempat tinggalmu dimana orangtua dan keluargamu tinggal, atau tempat kamu sekarang berada dimana hanya ada kamu dan teman-teman seperjuanganmu? Kalo saya memilih opsi kedua. Mungkin jika saya ditanya hal ini 4 tahun lalu, saya masih bisa menjawab opsi pertama, tapi setelah saya merantau hampir 4 tahun lamanya, pilihan saya sudah menjadi bereda.

Saya setuju dengan kata-kata Windy yang saya kutip dari sebuah novel perjalanan berjudul Live Traveler. Rumah itu ketika kamu nyaman berada di tempat tersebut, walopun itu bukan rumah permanenmu. Rumah itu bukanlah sebuah tempat, melainkan suasana. Rumah itu terbangun dari tiap kenangan yang diciptakan. Bisa jadi rumahmu yang kamu tinggali dari dulu, bukan lagi jadi 'rumah' buatmu.

Mungkin itu yang lagi saya rasakan sekarang. Memang sejak tinggal di Jogja, saya adalah tipe anak rantau yang jarang pulang ke rumah. Hanya pulang kalo libur lebaran, kadang libur antarsemester, atau kalo ada kerjaan di Jakarta kaya sekarang ini. Selebihnya, saya lebih suka di Jogja. Karena di Jogja, saya bisa menjadi diri saya sendiri dan bisa melakukan segala hal yang saya cita-citakan. Karena itu, saya lebih menyebut Jogja 'rumah' ketimbang Bekasi, seenggaknya untuk saat ini.

Bagi saya, Bekasi adalah 'rumah' saya di masa lalu. Masa ketika saya lebih senang makan masakan Ibu di rumah, masa ketika saya selalu minta uang ke Bapak tiap ada keperluan,  masa ketika saya selalu berebut nonton tv sama adek-adek, masa ketika ketemu teman-teman adalah hal paling menyenangkan, masa ketika kegiatan saya hanyalah di rumah dan di sekolah, dan lain lain. Masa yang sudah nggak saya dapetin lagi sekarang.

Ya, sejak 4 tahun lalu saya sudah pindah 'rumah'. Saya sudah membangun 'rumah' baru dengan suasana dan kenangan yang juga baru. Tapi bukan berarti saya melupakan 'rumah' lama. 'Rumah' yang telah membesarkan saya dan mengantarkan saya menuju 'rumah' saat ini yang menyenangkan. Saya sendiri nggak tau, sampe kapan saya betah di 'rumah' baru saya ini. Mungkin aja tahun depan, saya udah punya 'rumah' baru lagi. Karena manusia itu memang lebih baik harus cepat-cepat pindah kalo udah terlalu nyaman di suatu 'rumah', kan? Harus keluar dari zona nyaman agar merasa tertantang dan bisa terus belajar dan belajar dan belajar. Kalo cuma tinggal di satu 'rumah' dan nggak pindah-pindah, suasana dan kenangan yang kamu rasain ya bakalan cuma itu-itu aja nggak nambah-nambah, hehehe. :)

Kalo kamu, dimana 'rumah'mu sekarang?







*tulisan keduapuluhtiga dalam #31HariMenulis tahun ketiga

Rabu, 05 Juni 2013

Surabaya Hari Kedua

Yak hari kedua saya di Surabaya diisi dengan seminar karir seharian full, sama wawancara liputan kerjaan, sama ketemu Eka temen Kompas MuDA Surabaya, dan ke Jembatan Suramadu. Yihaaaa :D

Selasa, 04 Juni 2013

Akhirnya Saya Naik Pesawat! :D

Kadang kalo kita punya mimpi itu yang penting mimpi dulu aja, masalah gimana cara mencapai mimpi itu mah belakangan. ~ Risa Listiani
Sahabat saya, Risa, pernah bilang itu ketika kami sama-sama membicarakan mimpi kami. Dan memang kadang keinginan itu dikabulin kalo kita bahkan udah nggak memikirkan untuk ngedapetin itu lagi. Persis kaya quote "Best things happen when you least expect it". Contohnya nih ada seorang temen, dia dari dulu pengen ke Paris tapi cuma dia jadiin mimpi biasa aja. Eh suatu saat dia menang kuis yang hadiahnya ke Paris. Atau ada lagi orang yang saya kenal, sejak nonton Home Alone Lost in New York dia punya cita-cita foto di Times Square. Sampe beberapa waktu kemudian, akhirnya dia berhasil ke USA gratis dan foto di Times Square.

Kejadian yang sama saya rasain hari ini. Ceritanya, dari dulu saya pengen banget naik pesawat, tapi nggak pernah kesampean. Alesannya, ya kalo pulang ke Bekasi saya lebih milih naik kereta ekonomi atau bisnis sih, biar lebih murah. Makanya boro-boro pesawat, kereta eksekutif aja belom pernah hahaha. Tiket pesawat promo juga saya nggak pernah nyoba buat nyari, karena nggak ngerti juga sebenernya :p

Dan hari ini, saya kesampean naik pesawat! Gratis lagi! Hehehe alhamdulillah banget lah. Karena saya dapet kerjaan dari yayasan beasiswa saya untuk wawancara di Surabaya dan Jakarta. Jadilah lima hari ini saya ke 2 kota itu, naik pesawat Jogja-Surabaya dan Surabaya-Jakarta, terus pulangnya Jakarta-Jogja naik kereta eksekutif, hehehe. Walopun yang saya dapetin nggak sebesar teman-teman saya yang ke luar negeri, tapi saya seneng bisa ngerasain apa yang disebutin kaya quote di atas :)

Kaya orang Indonesia lainnya, foto ditiap momen 'pertama kali' :p







*tulisan keduapuluhsatu dalam #31HariMenulis tahun ketiga

Senin, 03 Juni 2013

Membuat Presentasi yang Baik

Halo! Hari ini saya mau share tentang isi dari kelas Akber Jogja beberapa waktu yang lalu nih. Temanya tentang membuat presentasi yang baik, yang diajarin sama Mas Sumartok sebagai guru. Simak yuk.
  • Kunci utama membuat presentasi adalah KISS -> Keep It Simple Slide
  • Presentasi yang sukses dimulai dengan persiapan yang baik.
  • Tarik napas sebelum mulai presentasi, bayangkan hal-hal positif, dan lupakan hal-hal negatif yang kita alami di luar.
  • Perhatikan audiens. 
  • Bangun rasa interest audiens di 3 menit pertama, agar kebelakangnya audiens tidak ngomong sendiri saat kamu presentasi.
  • Ketika melakukan presentasi jangan ngomong sendiri, tapi lakukan interaksi dengan audiens. 
  • Kalau presenter ngomong sendiri audiens akan bosan, tidak mendengarkan, atau bahkan tidur.
  • Kuasai materi agar tidak terpaku pada slide selama presentasi. 
  • Buat materi presentasi jadi cerita, agar mengalir selama presentasi, tidak seperti menghapal.
  • Tentukan 3 hal penting dalam presentasi kita. 
  • Tuliskan 1 poin saja dalam 1 slide. Sisanya komunikasi dari si pemberi presentasi. 
  • Kurangi kata-kata tidak penting dalam slide, agar audiens fokus pada presenter bukan slide presentasi.
  • Ganti kata dengan gambar, karena gambar dapat mewakili 1000 kata. 
  • Tidak penting jumlah slide yang kamu buat, yang penting adalah isi presentasi yang kamu sampaikan. 


KONTEN PRESENTASI
Kunci membuat konten presentasi yang baik: 1. Start strong, 2. Persuasive contents, 3. Memorable ending.
How to start strong? ~ Buka presentasi dengan gambar, humor, quote, statistik, atau cerita.
How to create persuasive content?
1.    Gunakan pendekatan personal
2.    Awali dengan identifikasi masalah (gunakan angka). 
3.    Cara pemecahan masalah tersebut.
4.    Perbedaan presentasimu dengan orang lain. 

How to make memorable ending?
1.    Daripada gunakan kata 'thank you' mending satu kalimat yang menyimpulkan presentasi kamu.
2.    Atau tutup presentasi dengan quote.

Nah mungkin itu sekilas aja ya tentang membuat presentasi yang baik. Kalo mau lebih lengkapnya tentang desain presentasi dan persiapan sebelum presentasi bisa diliat tulisan saya di blog-nya Akber Jogja.

Semoga tips ini berguna untuk kamu presentasi dimanapun ya, bisa di depan dosen, di depan bos, di depan klien, atau di depan gebetan :p






*tulisan keduapuluh dalam #31HariMenulis tahun ketiga

Minggu, 02 Juni 2013

Kata-kata Inspirasi dari Para Penulis #BestFest

Sabtu-Minggu lalu (25-26/5) saya berkesempatan jadi panitia Bentang Street Festival, jadi reporter. Tugasnya ya meliput per mata acara di Bentang Street Festival, berdua dengan teman saya, Risa. Kebetulan saya dapet liputan tentang sesinya J. Sumardianta, Billy Boen, Soleh Solihun, Claudia Kaunang dkk,  dan Sudjiwo Tejo. Nah banyak banget ilmu yang saya dapet dari mereka. Saya coba share petikan kata-katanya aja ya, karena kalo liputannya bisa diliat langsung di website Bentang hehe.

J. Sumardianta (baca artikelnya di sini)
  • Kalo mau jadi guru, jangan terlalu banyak ajarkan teori tapi langsung terapkan praktek, karena orang jaman sekarang nggak butuh omongan tanpa ada kenyataan.
  • Kalo mau jadi guru, sentuh perasaan murid, sehingga ia akan mendengarkan kamu sebagai guru.
  • Belajar beda dengan mengajar. Jadi kalo mau jadi guru, ajarkanlah murid untuk bisa belajar dengan nyaman. Jangan hanya mencekoki dengan ceramah.
  • Mengajar adalah cara terbaik dalam belajar.
  • Kalo mau pintar menulis, kamu harus memiliki perbendaharaan kata yang kaya raya. Caranya dengan rajin membaca.
  • Menulislah dengan hati, tanpa punya tujuan menulis untuk dipuji atau yang lain. Dengan begitu tulisanmu akan jadi tulisan yang alami.

Billy Boen (baca artikelnya di sini)
  • Kalo bisa sukses di usia muda, kenapa harus menunggu tua?
  • Kalo mau sukses harus punya 3 hal: tau passion, punya mimpi, dan punya karakter.
  • Karakter itu sangatlah penting. Jika kamu punya karakter yang baik, networking-mu pun akan semakin banyak, karena orang lain senang berhubungan dengan kamu.
  • Jadilah orang yang on time dalam acara apapun. Karena tidak on time akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Ketika kamu on time kamu bisa aja dapet keuntungan yang nggak didapat orang-orang nggak on time.

Soleh Solihun (baca artikelnya di sini)
  • Kalo dapet tawaran pekerjaan, terima aja dulu jangan terlalu pilih-pilih. Karena dengan tawaran itu, biasanya kamu akan mendapat banyak networking untuk pekerjaan yang kamu suka.
  • Kalo masih kuliah, sebaiknya kamu ikutin kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan minat dan bakat dari pekerjaan yang kamu inginkan. Karena hasil dari persiapan (ikut kegiatan) itu, akan berguna di masa depan. 
  • Nikmati yang sekarang kamu punya, syukuri, dan jalani. Karena belom tentu besok bisa diulangi lagi.

Claudia Kaunang, Rini Raharjati , Shopie Mou, dan Ariyanto (baca artikelnya di sini).
  • Kalo mau traveling, nggak usah terlalu banyak memikirkan hal-hal buruk yang belum tentu terjadi atau nggak, enjoy aja.
  • Kalo mau traveling, kamu harus riset dulu dengan data yang valid, bukan cuma kata orang. Misal saat ini di India lagi marak pemerkosaan terhadap turis, data diambil dari banyak sumber terpercaya, jadi kalo mau ke India paling nggak jangan sendirian.
  • Manfaatkan tujuan traveling kita. Misal datang di suatu negara yang diapit negara-negara cantik lainnya, usahakan bisa memaksimalkan pengeluaran agar bisa mengunjungi negara sebelahnya.
  • Cari partner traveling yang enak. Tentukan itinerary sebelum berangkat, dan tentukan uang akan dipegang sendiri atau ada 1 bendahara.
  • Kalo kerabat minta bawain oleh-oleh, jangan paksakan kalo uang nggak mencukupi. Solusinya kasih oleh-oleh murah meriah seperti beli permen atau coklat dalam jumlah yang bisa dibagi banyak orang: irit uang, irit ruang (di koper). Atau yang menarik, kirim kartu pos dari tempat kamu traveling ke kerabat kamu: akan membuat kerabat jadi lebih terkesan.

Sudjiwo Tejo (baca artikelnya di sini)
  • Harus percaya diri dengan kemampuan diri sendiri, karena tiap orang punya kelebihan masing-masing.
  • Kalo mau sukses itu harus doa. Doa itu nggak hanya minta aja, tapi juga berusaha.
  • Lebih baik jadi wirausaha daripada pegawai.
  • Jadi pegawai boleh, asal kamu nggak cuma mengerjakan tugasmu aja, tapi pelajari juga manajemennya. Siapa tau suatu saat kamu bisa bikin perusahaan kaya tempatmu kerja.
  • Jadi pegawai sampe umur 35 tahun aja. Karena kamu juga wajib membantu negara untuk ngasih pekerjaan ke warga Indonesia lainnya. 
  • Karena selain negara membantu warga, warga juga harus membantu negaranya, salah satunya dengan wirausaha.
  • Kamu juga harus sepakat sama pekerjaan yang kamu punya. Ketika kamu udah sepakat dan menerima pekerjaanmu, kamu nggak akan lagi memikirkan bayaran dan kerja karena senang bukan uang.



Panitia Bentang Street Festival yang kebanyakan temen-temen saya







*tulisan kesembilanbelas dalam #3HariMenulis tahun ketiga

Sabtu, 01 Juni 2013

Mimpi ke Amerika Serikat

Negara apa yang pengen banget kamu datengin sebelum kamu mati? Kalo saya sih pengen banget ke Amerika Serikat. Pengen. Banget. Dan nggak cuma untuk waktu singkat, tapi untuk tinggal selama beberapa lama. Ya, saya pengen banget kerja di Amerika Serikat. Syukur-syukur sih bisa jadi jurnalis di Voice of America (VoA), hehehe.

Kalo kesampean ke Amerika Serikat hal pertama yang harus saya lakuin adalah dateng ke Central Park sama foto di depan Times Square. Dua-duanya ada di New York. Harus itu. Kalo udah, baru deh dateng ke landmark yang lain kaya White House, Statue of Liberty, Hollywood Hills, Golden Gate Bridge, Disney Land, Mount Rushmore National Memorial, Space Needle, dan lain-lainnya. Oh ya, saya juga pengen ngunjungin Suku Amish yang katanya sih nggak jauh beda sama Suku Badui di Tanah Sunda.

Sekarang boleh mimpi, tapi beberapa tahun lagi saya yakin bisa mewujudkan mimpi saya ke Amerika Serikat, hehehe. Seperti kata Arai di buku Sang Pemimpi, "Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu."

Jadi kamu punya mimpi mengunjungi negara mana?











*tulisan kedelapanbelas dalam #31HariMenulis tahun ketiga