Jumat, 14 Juni 2013

Apakah Kamu Sudah Punya Career Plan?

"Mau ngapain kamu setelah lulus?"

Pertanyaan ini mungkin jadi momok bagi mahasiswa tingkat akhir yang baru atau sudah lulus. Kebanyakan dari kita memang belom punya career plan, tentang apa yang akan dilakukan usai kelulusan. Jeleknya (nggak tau sih jelek apa nggak :p) kebanyakan mahasiswa di Indonesia baru mulai mikirin mau ngapain setelah lulus, ya pas mau lulus aja. Padahal seharusnya career plan ini udah ditentuin at least dari SMA. Jadi resiko salah jurusan itu bakal lebih bisa diminimalisir lagi. Karena kita pilih jurusan yang sesuai dengan minat bakat dan tujuan karir setelah lulus.

Menurut para psikolog di ECC UGM, career plan adalah tentang apa yang akan kamu lakukan setelah lulus. Mbak Widi (psikolog) bilang, apapun pilihan kita, mau jadi pegawai atau wirausaha itu sama-sama baik kok, dan ada plus minus-nya. Jadi nggak usah takut jadi pegawai, walopun udah banyak seminar-seminar yang bikin kita untuk beralih jadi wirausaha. Menurut Mbak Widi lagi, memang yang ideal itu, baik jadi pegawai atau wirausaha, kalo kita menjalaninya sesuai dengan bidang kuliah kita.

Ada lagi pendapat dari Bang Yandi (psikolog). Ketika kita udah punya career plan kita bisa berkarir (umumnya lebih mudah) sesuai dengan sweet spot kita. Sweet spot itu adalah suatu keadaan gabungan dimana minat (I like doing it), potensi (I am good at it) dan pekerjaan (people will pay me for it) ketemu. Sayangnya, kebanyakan pegawai saat ini baru bisa gabungin 2 dari 3 elemen itu, punya potensi  dan dibayar tapi nggak ada minat disitu.

Hal-hal kaya contoh di atas lah yang bikin kita perlu untuk punya career plan. Walopun banyak yang bilang usia mahasiswa tingkat akhir terlambat, seenggaknya bikinlah career plan mulai dari sekarang.

Tadi itu adalah teori-teori yang diungkapkan oleh para psikolog. Tapi seperti ungkapan manusia hanya bisa berencana, Tuhan yang menentukan. Buat kita nih mahasiswa yang baru lulus atau fresh graduate jangan terlalu idealis sama career plan. Kita harus realistis. Maksudnya gini, ketika kita dari awal kuliah sudah bercita-cita jadi PR sebuah perusahaan multinasional, tapi saat melamar hampir setahun kita nggak pernah dapet, kita harus punya target waktu dan harus berani menurunkan standar kalo target waktu itu nggak terpenuhi. Terimalah pekerjaan yang ada di depan mata, yang ditawarkan untuk kita. Karena saat menjadi fresh graduate kita belom punya bargaining position

Kalo kata Pak Ibnu Suyana, seorang career coach beberapa perusahaan perbankan, terima aja dulu apapun pekerjaan itu, tapi harus do the best. Dengan gitu, kesempatan meraih pekerjaan yang sesuai career plan akan lebih mudah, karena kita sudah achieve.

Nah, kalo saya sendiri gimana nih? Sudah punya career plan belom? Jujur kalo career plan mah banyak banget. Untungnya sesuai dengan jalur kuliah saya di Komunikasi yang ambil peminatan Jurnalistik. Sampe sekarang sih saya masih pengen jadi salah satu reporternya majalah remaja (atau lifestyle) di Gramedia Group kaya Kawanku atau Hai atau Sekar atau apa aja yang penting Gramedia Group. Sambil juga pengen jadi entah PR atau Media Relation atau Marketing Communication di perusahaan migas multinasional kaya Chevron atau Halliburton atau Schlumberger, hahaha. Tapi ya sejauh ini saya punya target waktu dan bersedia menurunkan standar dan menerima pekerjaan yang ditawarkan ke saya, kalo rencana saya nggak tercapai.


Bersyukurlah kamu yang udah punya career plan. Buat kamu yang belom punya, yuk segera dibuat sekarang. Biar meminimalisir ungkapan: "Nggak ada hal yang sia-sia, termasuk ketika salah jurusan. Karena esensi kuliah kan hanya membentuk pola pikir aja." hehehe :))








*tulisan ketigapuluhsatu dalam #31HariMenulis tahun ketiga

**di tahun ketiga ini emang saya banyak nulis tentang karir, karena saya freelance di ECC UGM. Ya emang sih, siapalah saya ngomongin karir. Skripsi aja belom digarap, lulus aja belom terwujud, udah sok-sokan nulis gini, hahaha. Tapi nggak apa-apa lah, niat saya cuma learn and share. Apa yang selama ini saya pelajari, saya coba bagi. Semoga tulisan-tulisan saya di #31HariMenulis tahun ketiga ini lebih berguna dari #31HariMenulis dua tahun sebelumnya. Dan sampai jumpa di #31HariMenulis tahun berikutnya!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar