Meniru itu tidak selalu plagiarisme. Kadang kita perlu meniru untuk sesuatu yang lebih maju. Pernah baca buku "Sila ke 6: Kreatif Sampai Mati"-nya Wahyu Aditya? Bahkan seorang desainer yang berhasil membuat KDRI dan Hellofest ini pun belajar dari meniru.
Salah satu cara untuk sukses memang kita harus meniru seseorang di bidang yang sama, yang telah lebih berpengalaman dari kita. Ya istilah kerennya role model lah ya. Dari meniru itu, kita bisa belajar banyak hal dari role model. Kita jadi punya patokan, bahwa sesuatu yang baik jika kita bisa menyamakan role model. Nanti seiring pengalaman yang semakin banyak, kita pun akhirnya bisa menemukan model kita sendiri tanpa lagi meniru sang role model.
Contohnya dulu waktu saya ikutan training penyiar radio, saya disuruh ngikutin gayanya Panda (ex penyiar Prambors) karena suara saya setipe sama dia. Atau ketika saya bergabung di pers mahasiswa, saya disuruh meniru contoh tulisan dari kakak senior disana. Semuanya adalah bentuk proses belajar. Karena toh pada akhirnya saya pun memiliki model saya sendiri. Role model hanyalah penuntun untuk kita dalam mencari model sendiri. Pun begitu ketika kita melakukan skripsi. Pasti kita melihat contoh-contoh skripsi dari kakak angkatan di perpustakaan.
Tapi satu hal, kita hanya boleh meniru gaya atau modelnya aja. Karena kalo kita meniru seutuhnya itu baru namanya plagiarisme, haha. Jadi yuk mari kita meniru agar lebih maju! :)
*tulisan keduapuluhlima dalam #31HariMenulis tahun ketiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar