Senin, 29 November 2010

Semacam LPJ dari Reporter yang Tidak Pinter

“Tiw, apa sih yang bikin kamu betah di bul?”
“Hmm apa ya mba? Karna anak-anak bul bisa bikin aku ketawa kali ya? Hahahaha.”
“Oh jadi kamu masuk bul cuma buat nyari ketawa aja ya?”

***
Masih jelas di ingatan saya, percakapan sore itu. Percakapan antara saya dan Mbak Susan di NBC. Adalah hal yang wajar ketika saya mendapat sms dari Mbak Susan untuk mengajak bertemu. Bukan bertemu untuk hal yang menyenangkan, tapi bertemu karena tulisan saya berantakan. Namun percakapan kami kala itu membuat saya berpikir. Apakah salah jika sesorang memasuki organisasi karena ingin tertawa? Bagi saya tidak salah. Karena tertawa itu adalah ukuran kenyamanan seseorang. Dan memang benar alasan saya tetap setia di SKM UGM Bulaksumur adalah, karena saya telah mendapatkan kenyamanan yang saya tunjukkan dengan tertawa itu (ya walaupun saya selalu tertawa dimanapun saya berada, haha).

Saya selalu teringat kata-kata Mbak Susan ketika pelantikan dulu. Jangan tanyakan apa yang telah organisasi berikan buat kamu, tapi tanyakan apa yang sudah kamu berikan buat organisasi. Jangan tanyakan apa yang sudah bul berikan kepada saya. Banyak sekali hal yang saya dapatkan selama setahun saya disini. Beribu-ribu ilmu, pengalaman, teman, dan sebagainya telah saya dapatkan. Lalu pertanyaan kedua apakah yang sudah saya berikan kepada bul? Sebagai reporter tentu saja yang seharusnya saya berikan adalah vitalitas dalam reportase lalu dilanjut dengan tulisan yang baik, yang nantinya akan diterbitkan dalam produk mingguan bernama Bulpos. Sekali lagi, sayangnya, kemampuan saya di bidang yang saya tekuni ini masih sangat minim. Apalagi jika dibandingkan dengan teman seangkatan lain, sebut saja Salsa dan Febri. Karena itulah saya berkesimpulan bahwa yang bisa saya berikan adalah tenaga dan waktu yang saya punya untuk segala kegiatan bul apapun itu, semaksimal mungkin dan selama saya bisa. Mungkin hal tersebut adalah jawaban ketika Sarah dan Ipeh sering sekali menanyakan mengapa saya betah sekali di bul. Dan mungkin juga alasan itu yang membuat Mbak Nad sering mengatakan kalau saya ini militan. Walaupun tidak semilitan Bang Beryl yang setiap sore duduk di gazebo bul, atau semilitan Mbak Vita yang menjadikan bul tempat singgah ketika ada jam kuliah yang kosong.

Tidak hanya bermedia, kami juga berkomunitas. Kalimat ini sering saya lontarkan ketika menjawab pertanyaan para pengunjung stand bul di gelex tentang apa keunggulan persma kita dengan persma tetangga. Walaupun pada awalnya alasan saya masuk bul hanya karena perbedaan harga formulir bul yang lebih murah dibanding sebelah, bergabung dengan bul sama sekali tidak membuat saya menyesal. Di bul ini saya belajar membuat media dari perspektif anak muda (haha apa deh?). Saya pun tidak marah ketika afnan, si tetangga sebelah, mengatakan kami ini persma hura-hura. Karena memang itulah adanya. Toh dengan hura-hura itu saya (dan mungkin awak lain) menikmati kegiatan kami tanpa lupa dengan tujuan yang sesungguhnya.

Pada setahun keberadaan saya di bul ini, saya ingin mengucap beribu-ribu terimakasih. Pertama untuk awak redaksi yang di oprec dulu telah mengizinkan saya bergabung di bul (walaupun saya berpikir saya diterima karena Mas Candra, pewawancara saya, adalah orang bekasi sama seperti saya, hehe). Kedua untuk Mbak Nad dan Mbak Susan, DP yang sangat sering berhubungan langsung dengan saya. Ketiga untuk kakak-kakak redpel tercinta,  Mbak Lulu, Mbak Rifki, Mbak Nindi, Mbak Yuri, yang sudah menjadi penyelamat tulisan buruk saya. Keempat untuk teman seperjuangan sesama reporter untuk partnership-nya selama bertugas. Keempat untuk Risa, yang sudah menjadi sahabat yang sangat-sangat baik dalam segala kondisi. Kelima untuk Aji dan Bayu, yang akhir-akhir ini sering menjadi tempat mengeluh saya tentang berbagai kerjaan dan deadline di bul. Keenam untuk rekan sesama panitia, baik itu aksi kreasi maupun oprec, yang selalu membuat saya senang karena sejenak membuat saya lupa bahwa saya adalah seorang reporter, hehe. Terakhir untuk semua awak bul yang selalu saja bisa membuat saya tertawa dan selalu membuat saya enggan beranjak dari bul.

Saya sering bertanya-tanya, sampai kapankah saya akan tetap bertahan di bul? Akankah saya tetap setia sampai waktu ideal 3 tahun itu berakhir? Atau malah saya mangkir dari segala komitmen yang pernah saya ungkap? Saya sendiri tidak bisa menerka. Prinsip saya, saya akan tetap menghidupi bul selama saya mampu dan mau. Saya tidak peduli apa yang akan terjadi nanti. Karena bagi saya, hidup adalah untuk saat ini. Doakan saja semoga saya tetap menjadi rajin datang ke bul sampai kapanpun.





Semacam LPJ dari seorang reporter yang tidak pinter,



Annisa Ika Tiwi

Bulaksumur yang penuh dengan tawa :D
dan kami pun sekarang menjadi angkatan kedua ;)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar