Selasa, 23 Juni 2015

Perasaan atau Penasaran?

source
“Mbak Nila inget sama Doni?” tanya ibuku tiba-tiba saat kami sedang menyiapkan makanan berbuka puasa di dapur.

“Doni anak RT 8 yang temen SD aku dulu, Bu?” balasku.

“Iya, Doni yang adeknya juga temen TK adekmu itu lho.” jawab Ibu.

“Kenapa, Bu?” tanyaku semangat dan tak sabar.

“Minggu lalu Ibunya meninggal, katanya sih Serangan Jantung. Tiba-tiba gitu meninggalnya. Kemaren Ibu nggak sengaja ketemu Bu Ahmad pas beli es kelapa buat buka, terus dia curhat masalah suaminya yang lagi sakit Diabetes eh terus jadi merembet ke cerita Ibunya Doni meninggal. Kasian deh padahal kan umur Ibunya Doni paling juga baru seumur Ibu, nggak tua-tua banget,” ujar Ibuku yang selalu semangat kalau bercerita tentang apapun.

Doni Saputra. Aku bahkan sudah nyaris melupakan nama itu dari pikiranku. Tapi omongan Ibu barusan membangkitkan kenanganku tentang Doni, teman SD-ku yang juga tetangga satu komplekku sebelum aku pindah ke komplek yang sekarang. Doni adalah idola di SD-ku dulu, selain karena wajahnya yang tampan, dia juga lucu dan punya banyak teman dari berbagai kalangan. Ditambah lagi, Doni adalah kiper sepak bola andalan di SD dan di komplek.

Doni Saputra. Anak laki-laki yang suka padaku sejak kelas 5 SD, setidaknya itu yang teman-teman bilang padaku. Anak laki-laki yang beberapa kali menuliskan surat untukku dan aku baca sambil tersenyum malu bersama teman-teman satu geng dulu. Anak laki-laki yang kalau pulang sekolah selalu berjalan di belakangku sambil mengikutiku, hingga memastikan aku membuka pagar rumah lalu ia pergi dan berbalik arah menuju rumahnya. Anak laki-laki yang selalu ingin aku ajak bercerita apa saja namun jika di dia mengajakku bicara aku hanya bisa diam, tersenyum, dan kemudian berlalu.

Doni Saputra. Dia yang membuatku sedih karena selepas SD, kita tidak pernah lagi berada di sekolah yang sama. Dia yang membuatku senang ketika akhirnya saat SMA, aku bertemu dia lagi saat SMA-ku mengadakan kejuaraan sepak bola dan SMA-nya menjadi salah satu peserta. Dia yang membuatku kecewa karena sejak acara itu kami akhirnya bisa mengobrol selama beberapa saat dan menjadi dekat namun kemudian dia menjauh karena tahu saat itu aku sudah memiliki pacar.

Doni Saputra. Bulan Ramadhan. Dua hal itu adalah kombinasi sempurna untuk membangkitkan kenangan, karena selepas SD harapanku bertemu dengan Doni adalah saat Ramadhan, lebih tepatnya saat Sholat Tarawih. Bahkan tak jarang, alasanku untuk Sholat Tarawih di masjid komplek bukan hanya untuk beribadah, tapi juga untuk melihat Doni sholat di masjid yang sama. Pun ketika Sholat Ied, doaku selama beberapa tahun adalah semoga di lebaran tahun ini aku bisa bertemu Doni dan melihat senyumnya. Tentu saja itu aku lakukan lima tahun lalu, sebelum aku pindah ke komplek ini dan kehilangan kabar tentang Doni.

“Mbak Nila? Kok diem aja? Dengerin Ibu cerita nggak sih?” Ibu menepuk pundakku dan membuat lamunanku tentang Doni buyar.

“Hah? Denger kok, Bu. Coba deh nanti Nila whatsapp Andi. Dia kan dari dulu deket sama Doni, mungkin dia tau.” jawabku segera.

“Yaudah itu kolaknya diaduk dulu. Jangan lupa tehnya dibikin, udah hampir buka nih.”

“Iyaaaa, Buuuu.”

---

Malamnya aku bertanya pada Andi tentang kabar Doni. Dia sama sekali tidak tahu tentang Ibunya Doni yang sudah meninggal. Sama denganku, Andi sudah lost contact dengan Doni sejak lulus SMA, kami kehilangan nomer ponselnya, kami tak tahu dia kuliah atau kerja dimana, kami juga tidak ada yang tahu akun media sosialnya.

Kalau sudah begini tinggal penyesalan yang datang. Aku menyesal kenapa dulu tidak kuterima saja cinta monyetnya saat SD. Aku menyesal kenapa dulu tidak kujawab saja sapaannya ketika kami berpapasan. Aku menyesal kenapa saat SMA tidak kuputuskan saja pacarku lalu menjadi lebih dekat dengan dia. Kalau begitu ‘kan mungkin saat ini aku tidak kehilangan kabar tentang Doni.


Tapi aku juga tidak begitu yakin, ketika aku akhirnya bertemu lagi dengan Doni, apakah perasaan itu masih ada? Atau aku sangat ingin bertemu Doni hanya karena penasaran untuk bisa dekat dengannya? Ah mungkin memang benar apa yang orang-orang bilang, cinta yang tak tersampaikan memang selalu membuat penasaran...



#NulisJuga #4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar