Aku paling suka saat hujan. Kata orang hujan memiliki senyawa yang mengingatkan kita pada sesuatu di masa lalu. Kerena itu banyak orang yang mengalami kegalauan di kala hujan. Tapi bagiku hujan sangat menyenangkan. Aku memang tak lagi berlari-lari dibawah tetesan air hujan seperti saat kecil dulu. Kini saat hujan, yang aku lakukan hanya memandangi dari balik jendela kamar kost-ku, sambil mengingat masa-masa beberapa bulan lalu.
***
“Eh neduh dulu yuk, aku lupa bawa jas hujan ni, hehe,” kataku kepadanya saat itu.
“Lah kenapa gak bawa? Udah tau lagi musim hujan,” teman lelakiku berkata seolah tak ingin menghabiskan waktu lebih lama bersamaku.
“Hahaha ya namanya lupa, mau gimana lagi,” ungkapku berharap teman lelakiku percaya dengan kebohonganku. Ya aku memang berbohong. Tak mungkin aku lupa membawa jas hujan. Baru saja dua hari yang lalu aku membeli jas hujan yang kini terlipat rapih dibawah jok motorku. Tapi saat ini, bagiku berbohong itu lebih baik. Karena aku dapat menghabiskan waktu lebih lama lagi dengan dia.
Sudah beberapa bulan ini aku mengenal teman lelakiku. Seringnya kami bekerja bersama, menjadikanku sedikit menaruh hati padanya. Meskipun aku tahu, ia tak tampak memberikan perasaan yang sama terhadapku. Hari itu, kami pun terlibat sebuah pekerjaan. Tapi kami berbeda motor, karena sebelumnya kami mempunyai kegiatan masing-masing.
Tak terasa tiga jam pun berlalu. Hujan pun sudah pergi dari hadapan kami. Bermacam obrolan telah kami bagi. Dan teman lelakiku pun mengajakku untuk pulang. Aku mengiyakan, meskipun kalau boleh memilih aku masih ingin lebih lama bersamanya.
***
“Eh neduh yuk,” katamu ketika hujan tiba-tiba saja turun.
“Kenapa? Bukannya kamu bawa jas hujan ya?” tanyaku seraya menyanggahnya.
“Iya bawa, tapi pengen mengulang masa lalu aja, hehe,” jawab kamu.
Kamu pun bercerita tentang masa lalumu. Saat itu, kamu dan teman wanitamu terjebak hujan di tempat yang sama dengan tempat kita sekarang. Kamu mengatakan bahwa dulu kamu berbohong dengan teman wanitamu bahwa kamu tak membawa jas hujan, padahal kamu tak pernah absen membawa jas hujan di jok motormu.
“Ya ampun!” suaraku hampir saja mengagetkanmu.
“Ya ampun kenapa? Ada yang salah ya sama ceritaku?” wajahmu sangat heran.
“Huahahaha enggak. Sama sekali gak salah. Tapi asli aku gak bohong, cerita kamu itu mirip banget sama cerita aku! Dan tempatnya juga disini,” aku menjawab dengan sangat heboh.
“Huahahahahahahaha kok bisa sama?” kamu pun ikut menertawai kesamaan masa lalu kita.
***
Masih di jendela kamar kost. Aku merenungi hujan sambil tertawa mengingat kejadian antara aku dan kamu saat hujan itu. Menertawai kesamaan masa lalu yang kita alami. Aku dengan teman lelakiku, dan kamu dengan teman wanitamu. Di latar yang sama. Dan dengan setting yang sama pula.
Sejak kejadian hujan itulah, aku dan kamu menjadi semakin dekat. Aku selalu bercerita tentang teman lelakiku, dan kamu tak mau kalah dengan mengungkapkan bagaimana hubunganmu dengan teman wanitamu. Hingga akhirnya, hanya ada aku dan kamu di setiap cerita kita. Tak ada lagi teman lelakiku, juga teman wanitamu.
“Eh hujan ni, mau ke tempat itu gak? Tiba-tiba pikiran randomku pengen mengulang masa lalu,” kamu mengirimiku pesan singkat ke ponselku.
“Hahahaha, mau bawa jas hujan atau pura-pura lupa bawa?” balasku sambil menggodanya.
p.s. : cerpen ini awalnya saya buat untuk sebuah lomba cerpen. Lomba yang diadakan sebuah penerbit buku ini mengharuskan pesertanya menulis bersama pasangan, ntah pacar, sahabat, atau saudara. Saya ikutan lomba ini sama bayu. Tapi karena satu dan lain hal akhirnya kami gak jadi ikutan. Cerpen yang ini versi saya. Kalau ada yang tanya ini fiktif atau nyata? Ya ditebak sendiri aja hehe :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar