Beberapa bulan ke belakang, obrolan tentang Generasi Langgas atau Generasi Millennial memang lagi hangat-hangatnya dibicarakan. Wajar saja, karena generasi yang lahir antara tahun 1980 sampai dengan 2000 awal ini, lagi mendominasi dunia kerja. Topik tentang millennial pun nggak hanya muncul di berita online saja, tapi juga mulai merambah ke obrolan antar teman, baik secara langsung maupun di grup-grup chat.
Seperti yang saya alami. Belum lama ini, salah satu dari sekian grup WhatsApp saya yang aktif, yaitu Grup KIJKT5 Kelompok 52 (grup kelompok Kelas Inspirasi saya tahun lalu), sedang membahas tentang pekerjaan khususnya hal yang harus diperhatikan ketika memilih pekerjaan. Salah satu teman saya, Putri, yang bekerja di sebuah industri otomotif, melemparkan sebuah pertanyaan, hal apa saja sih yang jadi prioritas kami untuk memutuskan bekerja di sebuah perusahaan, termasuk kepada keputusan tetap bertahan atau harus resign.
Lalu dari sepuluh orang yang ikutan menjawab di grup, saya akan bahas lima poin sesuai peringkat, tentang hal-hal yang diperhatikan Generasi Millennial saat memilih kerja. Walau hanya sepuluh responden, tapi anggap lah bisa mewakili working millennial, karena kami bersepuluh ini berasal dari latar belakang yang beragam. Mulai dari millennial baru lulus kuliah sampai yang sudah bekerja tahunan. Mulai dari pekerja start-up sampai PNS. Mulai dari dokter sampai wartawan. Mulai dari karyawan di perusahaan baru sampai di perusahaan ternama.
1. Jenjang karir
Karir adalah peringkat pertama dari pilihan kami. Sebagai millennial, sudah bukan rahasia lagi kalau kami generasi yang butuh apresiasi, hehehe. Iqbal, seorang wartawan sebuah media besar di Jakarta berpendapat, "Buat gue, gaji memang penting, tapi kalau gaji gede karir mandek dan atasan ngebetein juga bikin nggak betah."
Agak sombong sih memang kedengarannya, tapi mungkin ini setara dengan energi kami yang selalu ingin belajar banyak hal baru. Seperti yang dibilang Rama, millennial termuda di grup kami yang baru saja lulus dan bekerja sebagai staff IT. "Kalau gue sih pilih kantor yang bisa mengembangkan ilmu gue lagi, yang nggak bikin stuck ilmunya. Soalnya haus ilmu, hehehe," katanya.
Karir juga bikin Wulan, staff legal yang sudah kerja lima tahun di perusahaan FMCG ternama, pengen cari kesempatan baru. "Udah enak sih, karyawan tetap, gaji dan benefit lumayan, tapi kalau udah lima tahun gini-gini aja karirnya, jadi suka kepikiran cari yang baru."
2. Lingkungan kerja
Bagi saya (saya juga termasuk ke dalam sepuluh responden, jadi boleh kan ya nulis pendapat sendiri, hehe) yang tipe orangnya sangat kolaboratif, lingkungan kerja menyenangkan harus jadi prioritas. Karena saya jadi nggak bisa kerja kalau nggak punya teman di kantor. Selain teman kerja, juga teman untuk sekedar berbagi gosip receh atau sekedar tertawa akan hal yang sebenarnya nggak lucu-lucu banget. Untungnya kantor saya yang didesain berlingkungan semi start-up, memenuhi kebutuhan itu.
Walau terkenal sebagai generasi adaptif, nyatanya lingkungan kerja, termasuk di dalamnya teman-teman, atasan, suasana, dan job description masih menjadi salah satu pertimbangan utama para working millennial.
3. Gaji dan fasilitas
Sebagai makhluk hidup dan makhluk sosial, nggak bisa dibohongi kalau gaji jadi salah satu pertimbangan. Umumnya, tujuan manusia bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kegiatan bersosialnya. Tentu saja dengan uang.
Nah tapi uniknya, bab gaji ini bukan jadi pertimbangan paling utama bagi working millennial. Pembuktiannya ada di pendapat Iqbal dan Wulan di bagian "Jenjang karir" di atas. Beberapa dari millennial pun lebih concern mengenai fasilitas kantor selain gaji, seperti fasilitas makan siang, fasilitas olah raga, atau bahkan fasilitas hiburan di kantor.
4. Lokasi kantor
Bagi pekerja ibukota yang tinggalnya bukan di ibukota (baca: kerja di Jakarta tapi tinggal di Bogor, Depok, Tangerang, atau Bekasi), lokasi juga menjadi hal penting. Mengingat biaya kost di Jakarta yang kian mahal dan bisa memotong hampir sepertiga atau bahkan setengah gaji, adalah hal bijak bagi kami untuk mempertimbangkan lokasi kantor.
"Pertimbangan gue sih lokasi harus deket rumah, jadi nggak berat di ongkos dan uang gajinya cukup," ungkap Lissa, seorang dokter yang prakter di rumah sakit dekat rumahnya di daerah Jakarta Utara. Lain lagi dengan Indah, karyawan bank syariah yang sudah bertahun-tahun jadi anker, nama keren dari anak kereta. "Gue mah kerja dimana aja, tapi yang penting harus deket stasiun kereta, biar gampang pulang perginya," tambahnya yang sehari-hari harus pulang pergi Bekasi - Jakarta Selatan.
5. Sesuai dengan passion
Dari kelima pertimbangan, bekerja sesuai dengan passion jadi urutan paling buncit. Memang kenyataannya, banyak dari kami yang bekerja nggak sesuai dengan jurusan kuliah atau nggak sesuai dengan kesenangan sebenarnya. Tapi toh kami masih bertahan di pekerjaan masing-masing. Seenggaknya sampai tulisan ini diterbitin, hahaha.
Ada beberapa dari kami yang ingin mengejar passion-nya. Tapi realitanya, masih tetap bertahan di kantor sekarang. Contohnya adalah Putri, si pemberi ide bahasan ini. "Kadang pengen juga ngerasain nyoba di perusahaan yang sesuai background atau passion, tapi di kantor sekarang sudah ada di comfort zone, jadinya tetep di sini nggak resign."
Beberapa dari kami pun mencoba memenuhi hasrat dan kesenangan kami, seperti senang mengajar, senang fotografi, atau bahkan senang berjejaring, dengan mengikuti Kelas Inspirasi. Dengan begitu, kami tetap bisa bekerja di kantor masing-masing, tapi passion kami tetap tersalurkan di komunitas ini, hehehe.
Beberapa dari kami pun mencoba memenuhi hasrat dan kesenangan kami, seperti senang mengajar, senang fotografi, atau bahkan senang berjejaring, dengan mengikuti Kelas Inspirasi. Dengan begitu, kami tetap bisa bekerja di kantor masing-masing, tapi passion kami tetap tersalurkan di komunitas ini, hehehe.
Dan lalu, obrolan tentang hal ini ditutup dengan pendapat dari Rosa, anggota grup yang kami seniorkan karena pengalaman kerjanya yang sudah banyak dan malang melintang di berbagai perusahaan, "Sebaiknya, kalau kalian mau cari pekerjaan baru nggak hanya to increase our salary but how to build our career. Dan bagi gue yang sudah beberapa tahun kerja, keja itu nggak cuma ngejar aktualisasi dan cari uang aja, yang paling penting adalah bisa berkontribusi buat orang sekitar kita."
Jadi, kalau kamu gimana nih? Selain lima hal di atas, ada hal lain kah yang dijadikan pertimbangan saat memilih kerja?